Jam dinding terus berdetak, suaranya samar-samar dari kejauhan namun masih dapat kudengar. Ruangan ini begitu putih, terlalu bersih untuk perabotan serba hitam sebagai pengisinya. Tak terasa sudah lima belas menit kudapati diriku duduk termenung. Ada yang salah. Ada yang tidak beres. Namun apa? Bukan introvert namanya jika tak memikirkan hal-hal sepele yang dapat terngiang-ngiang begitu lama. Kaos tidur polos dan celana pendek, seragam wajib sebelum tidur. Sayangnya otak ini masih terus berputar, mencari jawaban atas ketidakberesan yang menampar keheningan didalam hati.
Entah mengapa saya percaya dengan hal itu, meski terkadang saya kerap melakukanya. Pernahkah kamu menginginkan sesuatu? namun karena harga dirimu yang teramat tinggi, kamu menolaknya, dengan harapan ingin ditanya kembali, ingin lebih "paksa aku". Pada akhirnya kamu tidak mendapatkan apa-apa. Apakah terlalu sulit untuk mengungkapkan keinginan? tidak. Namun bagaimana cara kita mengungkapkan keinginanlah yang harus diperhatikan.
Berhati-hatilah saat kamu berucap. Mungkin apa yang kamu ucapkan menyinggung perasaan orang lain. Tidak hanya berucap, dijaman modern ini, "menulis" bisa jadi merupakan pisau yang lebih tajam daripada ucapan. Era yang serba canggih memungkinkan kita untuk berkomunikasi melalui telepon genggam yang semakin berkembang. Merebaknya fitur chatting dan dunia sosial media menjadi fokus tersendiri bagi masyarakat di semua kalangan. Ada yang menanggapi secara dingin, ada pula yang merasa dunia akan berakhir jika sedetik saja tanpa ponsel.