WFH Sangat Berbahaya!!
17.10
Entah apa yang merasukimu.. hingga kau tega mengkhianatiku~ WFH oh WFH. Engga terasa sudah sebulan lebih sepertinya kita berada di masa-masa Work From Home. Mungkin ini pertama kalinya bagi sebagian besar orang untuk mengalami hal ini. Saya pribadi pun juga baru pertama kalinya merasakan Work From Home secara formal. "Kalau lembur dirumah sih jangan dihitung yaa.." Tapi engga dengan beberapa orang yang bekerja di Start-Up ataupun tech company lainnya. Buat mereka, hal semacam ini mungkin sudah biasa. Bekerja di rumah, di kafe ataupun tempat-tempat seperti Co-Working Space yang dalam dunia arsitektur sedang cukup tren belakangan.
Keadaan sekarang seperti memaksa sebagian besar perusahaan untuk adaptasi dengan teknologi. Dari yang setiap rapat perlu kehadiran secara individu, sekarang sudah dapat diakomodir dengan tatap muka melalui internet. Teknologi ini sudah ada dari lama, namun implementasi sebesar ini baru bisa kita rasakan bersama sejak wabah Covid-19 melanda pelosok negeri.
Bagaimana yang tidak punya akses internet dan teknologi komputer? tentu menjadi kendala lain yang perlu dipikirkan bersama. Ketidakmerataan pendidikan dan teknologi di Indonesia menjadi salah satu penyebabnya. Duile berat bener bahasannya.
Tapi hari ini saya menulis bukan untuk membahas ketidakmerataan pendidikan dan teknologi di Indonesia, melainkan bahaya yang ditimbulkan dari Work From Home belakangan ini. Secara tidak disadari maupun disadari, bahaya ini mulai menggerogoti kebiasaan lama kita, sebut saja saya dan kamu. *apasih
Ada satu hal dari WFH yang menurut saya paling berbahaya. Pada mulanya, WFH memberikan saya semacam work-life balance. Dimana saya bisa mengatur sendiri kapan harus bekerja, dan kapan harus bersantai. Saya merasa bahwa sekarang saya jadi bisa berolahraga teratur, tidak perlu membuang waktu 2 jam di perjalanan seperti yang biasa saya lakukan saat bekerja di kantor.
Namun hal ini menjadi tidak terkendali, ketika tugas yang datang semakin banyak. Jam kerja dan jam istirahat menjadi tidak jelas. Bahkan komputer saya tetap menyala hingga petang untuk standby manakala ada informasi pekerjaan yang dapat sewaktu-waktu menghantui. Atau saya saja yang workaholic? entah.
Alasan kedua mengapa WFH juga sangat berbahaya, adalah ketidakmampuan saya untuk menahan hasrat makan dan jajan. Tentu ini sangat subjektif. Karena kamu mungkin bisa berbeda. Pada kasus saya, berada di rumah seharian memaksa saya untuk berpikir kreatif.
"hari ini ngga boleh sama dengan hari kemarin.."
"harus ada yang beda.." pikirku setiap hari
akhirnya saya pun memesan makanan via aplikasi. Begitu terus setiap hari.
Godaan yang silih berganti seringkali membuat saya tidak sengaja tapi sengaja, membeli barang di marketplace yang padahal saya tidak begitu membutuhkannya. Hanya karena hal sepele membuka sosial media, lalu ada iklan yang muncul dan terlihat menarik.
Saya membukanya. Melihat reviewnya.
"kok lucu ya.."
"add to cart.."
Padahal, di lain tempat, ada banyak orang yang merasakan kepahitan dari ketidakpastian kapan wabah ini akan berakhir. Ada yang merasakan pemotongan gaji. Ada yang merasakan di putus hubungan kerja. Dan lain sebagainya.
Aku rindu bekerja seperti biasa. Aku rindu saat-saat aku lupa waktu dan tidak perlu memikirkan hal-hal tidak berguna. Aku rindu keadaan kembali seperti sedia kala.
0 comment