Drama Revisi Tesis
21.30Setelah beberapa waktu lalu saya melewati sidang tesis dengan segala kesulitan yang telah dilalui, pada waktunya pun saya dihadapkan untuk segera menyelesaikan masukkan yang diberikan oleh penguji dan pembimbing sebagai revisi pada waktu batas yang telah ditentukan. Dalam menyelesaikan revisi tersebut, ada saja masalah-masalah yang terjadi. Tidak hanya menghabiskan energi, waktu dan juga biaya, tapi juga menghabiskan kesabaran! wkw. Seperti apa ceritanya? yuk disimak.
Jadi ceritanya untuk bisa mendapatkan nilai tesis pada semester ini, which is yang akan berakhir pada tanggal 11 Januari 2018 sebagai waktu yudisium program magister teknik, maka saya dan teman-teman pun berlomba-lomba menyelesaikan perbaikan tesis. Ketika kemarin sidang pada tanggal 15 Desember 2017, maka kami punya waktu sekitar 20 hari untuk memperbaikinya. Apakah mudah? tergantung masukkan dari masing-masing penguji kala itu.
Semua masukkan dari tim penguji dan pembimbing dimasukkan dalam berita acara yang nantinya akan dijadikan dasar dalam perbaikan. Nah kebetulan, saya memiliki 1 dosen pembimbing dan 3 orang penguji. Setelah berdiskusi dengan pembimbing, alhasil didapatkan bahwa dosen pembimbing hanya akan melakukan tanda tangan setelah semua penguji memberikan tanda tangannya. Hmmm. Oke.
Maka saya pun melakukan revisi serta mendatangi berbagai pakar kembali untuk membuat berbagi penyesuaian. Secara keseluruhan, ada tiga orang pakar yang saya datangi demi perbaikan tesis ini. Dua dari tiga orang pakar pernah saya temui sebelumnya sebagai narasumber di tesis saya. Sedangkan satu lagi, baru bertemu.
Drama Pertama
Setelah pelan-pelan direvisi. Akhirnya saya pun memberanikan diri datang ke dosen pertama. Memang di dosen ini perbaikan cukup menguras keringat sih. Dibandingkan dengan yang lain, catatan di dosen ini lebih banyak yang membahas substansi dan membuat saya berpikir keras akan revisi yang harus dilakukan. Dan percayalah, dosen ini memang kritis sekali. Maka dari itu proses yang saya lakukan sebelumnya adalah dengan minta berbagai masukkan dari teman-teman senior lainnya mengingat perbaikannya kurang begitu saya pahami.
Pada waktunya tiba, kami pun datang ke kediamannya untuk meminta tanda tangan. Kala itu yang datang tidak hanya saya sendiri, melainkan teman-teman lain dari S2 dan juga S1. Bukan pertama kalinya kok saya kesana. Sudah cukup sering, karena ia juga dosen mata kuliah lain. Setelah mendapatkan berbagai pencerahan, saya pun mendapatkan tandatangannya. Tapi ada yang salah! form tandatangannya keliru penulisannya. Untungnya dosennya baik meminjamkan printer hehehe. Meski demikian, berhasil lancar!
Drama Kedua
Pada pertemuan ke dosen kedua, tidak ada kendala yang begitu berarti. Masalahnya hanya kami harus pergi ke kampus yang berbeda dan menunggu. Lokasi kampusnya bisa dibilang cukup jauh dari kampus kami. Jadilah saya dan teman-teman langsung janjian di stasiun dan naik kendaraan bersama. Kalau ngga salah waktu itu janjiannya jam 3 sore. Dan kami naik gocar menuju lokasi. Sampai sana sudah ada dua anak S1 yang juga menunggu. Biasa lah ya kalau menunggu doang hehe.
Saat bertemu dosen tersebut, ternyata tidak terlalu rumit prosesnya. Hanya memastikan hal-hal yang harus direvisi sudah dilakukan. Pada akhirnya untuk tanda tangan dosen ini juga didapatkan dengan mudah.
Saat bertemu dosen tersebut, ternyata tidak terlalu rumit prosesnya. Hanya memastikan hal-hal yang harus direvisi sudah dilakukan. Pada akhirnya untuk tanda tangan dosen ini juga didapatkan dengan mudah.
Drama Ketiga
Naah pada dosen yang ketiga ini ada drama yang cukup pelik. Dimana sulit sekali untuk bisa bertemu dan janjian. Yang pada akhirnya kami baru bisa benar-benar janjian setelah tahun baru. Ketika hari yang ditunggu-tunggu tiba, kami pun datang membawa laptop masing-masing dan masuk secara bergantian ke dalam ruangannya. Suasana pun agak mencekam, karena kami hanya boleh masuk bergantian.
Tapi apa dikata, saya tidak mendapatkan tanda tangan karena dari keseluruhan revisi, ada satu poin yang menurutnya kurang sesuai, yakni penulisan. Agak nyesek sih, karena penulisan itu pasti akan saya perbaiki kemudian jika saya tahu itu salah. Tapi tetap tidak diberikan. Okelah. Malamnya, saya perbaiki semuanya dan langsung saya print, agar ketika dapat tanda tangan di hari selasa, saya bisa langsung jilid dan menemui dosen terakhir. Waktu pun berlangsung lama saat ngeprint, bahkan hingga pagi. Saya nggak tidur kala itu. Hiks. Kok lama? soalnya tahun ini ada aturan ngeprint bolak-balik serta peletakkan tabel berformat landscape yang harus meletakkan sisi kepala tabel di bagian penjilidan. Dan itu rumit! ngga bisa asal ngeprint.
Tapi apa dikata, saya tidak mendapatkan tanda tangan karena dari keseluruhan revisi, ada satu poin yang menurutnya kurang sesuai, yakni penulisan. Agak nyesek sih, karena penulisan itu pasti akan saya perbaiki kemudian jika saya tahu itu salah. Tapi tetap tidak diberikan. Okelah. Malamnya, saya perbaiki semuanya dan langsung saya print, agar ketika dapat tanda tangan di hari selasa, saya bisa langsung jilid dan menemui dosen terakhir. Waktu pun berlangsung lama saat ngeprint, bahkan hingga pagi. Saya nggak tidur kala itu. Hiks. Kok lama? soalnya tahun ini ada aturan ngeprint bolak-balik serta peletakkan tabel berformat landscape yang harus meletakkan sisi kepala tabel di bagian penjilidan. Dan itu rumit! ngga bisa asal ngeprint.
Drama Keempat
Selasanya, saya datang pagi-pagi agar bisa menemui sang dosen. Namun apa dikata lagi, teman-teman belum datang. Jadi saya ngga enak kalau masuk ke ruangannya sendiri. Alhasil saya tinggal sebentar untuk ngeprint beberapa lembar yang kurang. Ngeprintnya pun ngga jauh, cuma di kantek. Usai ngeprint, saya kembali ke ruangan dosen. Berselang satu jam. Dosen yang tadinya ada, sudah tidak ada.... katanya sudah pulang.. what.. saya sudah datang pagi, cuma ditinggal bentar...
Saya yang pasrah, akhirnya coba menghubungi teman yang juga belum mendapatkan tandatangan. Ternyata sore harinya dikabarkan kalau kami bisa bertemu dosen di kediamannya esok hari. Dan sore lagi. Ya okelah, karena saya sudah ngeprint, saya anggap saja revisi yang saya lakukan sudah benar. Maka hari itu, saya menjilid hasil revisi saya, karena semakin mendekati deadline, yakni hari kamis.
Drama Kelima
Esoknya, hari rabu sore, kami pun datang ke kediamannya. Dan masih, saya salah. Itu saya shock banget. Bener-bener lemes. Udah dari jauh-jauh hari, udah diprint, udah nunggu, masih disalahin. Dan itu minor yang tentunya akan saya perbaiki. Tapi tak patah semangat, saya langsung mengeluarkan laptop dan membetulkan saat itu juga. Dan berharap dapat tanda-tangan. Akhirnya saya pun dapat. *sedih
Selesai dari sana, saya dan rahma kembali ke kampus. Kami mengerjakan revisi berdua di kantek untuk bisa langsung print dan jilid di A+. Untungnya, saya berhasil selesai duluan, dan langsung menjilid sekitar jam 7 malam. Saya membantu menemani rahma hingga jam 9 malam, sayangnya A+ keburu tutup. Jadilah kami pulang berjalan ke halte teknik, dan naik gojek disana. Lucunya, kami saat makan di kantin, tidak ada toko minuman yang buka. Alhasil saya membeli dari vending machine yang ada di halte. Dan kami dapat dua!! wkwk.
Drama Keenam
Usai kejadian itu, esoknya saya kembali lagi ke kampus. Langsung menuju ke kantin untuk merapihkan beberapa berkas terkait pengumpulan hari ini. Ingat, hari ini hari terakhir yaa! Pas ke tempat fotocopy, ternyata sudah selesai jilidnya. Yauda deh, setelah punya rahma juga selesai, kami langsung meluncur ke ruangan dosen terakhir untuk minta tanda tangan.
Setelah diperiksa.. Ternyata masih ada yang salah!! omg. Tapi kami tetap dapat tandatangan. Meski demikian saya harus menyelesaikan format yang salah dengan ngeprint ulang, tapi tidak harus selesai hari itu hehe. Paling penting tandatangan sudah didapat. Sorenya, nilai sudah keluar. Dan? Dapat Bagusss hehehe.
0 comment