Surat untuk yang Terkasih
22.59
Dear...
Kupikir semuanya baik-baik saja. Maafkan aku yang bukan seorang peramal untuk membaca isi hatimu. Semuanya menjadi jelas, saat keheningan terasa sangat nyaring. Dan aku tidak mampu menyingkirkannya. Tapi aku tahu, setelah hari itu, semua tidak mudah lagi.
Menyiksa.. itulah yang aku rasa. Hatiku bukanlah mainan. Tanpa tanggung jawab engkau permainkan. Tanpa kejelasan engkau tinggalkan. Tanpa perasaan engkau tiba-tiba bosan. Tanpa perkelahian engkau memutuskan. Ada apa? atau ada siapa?
kalau memang ngga sayang kenapa jadian? kenapa harus ditanggapi? yang kamu permainkan itu bukan barang, tapi manusia yang punya hati dan perasaan. mungkin kamu pikir bisa sekedar mencoba dan main-main, tapi sayangnya sakit hati tak pernah main-main
Apakah aku baik-baik saja? sama sekali enggak. Bahkan aku heran. Kenapa kamu yang bersikap seperti kamu yang tersakiti? Percayalah, yang ditinggalkan jauh terasa lebih sakit. Katamu, kamu pernah mengalaminya. Kenapa kamu melakukan itu? Maaf rasanya aku tidak akan pernah paham dengan alasan yang kamu berikan.
Menyiksa.. itulah yang aku rasa. Hatiku bukanlah mainan. Tanpa tanggung jawab engkau permainkan. Tanpa kejelasan engkau tinggalkan. Tanpa perasaan engkau tiba-tiba bosan. Tanpa perkelahian engkau memutuskan. Ada apa? atau ada siapa?
kalau memang ngga sayang kenapa jadian? kenapa harus ditanggapi? yang kamu permainkan itu bukan barang, tapi manusia yang punya hati dan perasaan. mungkin kamu pikir bisa sekedar mencoba dan main-main, tapi sayangnya sakit hati tak pernah main-main
Apakah aku baik-baik saja? sama sekali enggak. Bahkan aku heran. Kenapa kamu yang bersikap seperti kamu yang tersakiti? Percayalah, yang ditinggalkan jauh terasa lebih sakit. Katamu, kamu pernah mengalaminya. Kenapa kamu melakukan itu? Maaf rasanya aku tidak akan pernah paham dengan alasan yang kamu berikan.
0 comment