Memulai Bisnis Foto Pre-Wedding dengan Fujifilm

14.20

Halo! disini saya mau mencoba ngeshare sedikit catatan materi yang kmaren saya dapatkan di acara fujitalk soal wedding maupun prewedding. Materinya cukup banyak sih, jadi saya akan jelaskan poin-poinnya secara umum. Ohya, materi ini dibawakan oleh om Gusmank, fotografer dari Bali. Jadi buat temen-temen bisa coba melihat langsung karya-karyanya di instagram @gusmank atau membuka websitenya di www.gusmank.com. Semoga artikel ini bisa membantu temen-temen nanti yang ada minat untuk memulai bisnis ini.


Dalam dunia fotografi seputar pernikahan, umumnya dibagi menjadi dua sesi fotografi yang berbeda. Yakni sesi Pre-wedding dan sesi Wedding. Nah, pada pre-wedding, skill yang umumnya dibutuhkan adalah skill potrait dan landscape photography. Sedangkan pada sesi Wedding, skill yang umumnya dibutuhkan adalah still life photography dan photojournalism.
Business Process
Pada business process, paling mudah adalah dengan membaginya pada konteks manajemen, yakni perencanaan, pelaksanaan dan penyerahan, dan kemudian dapat dilakukan evaluasi.

Dalam mengembangkan bisnis fotografi, secara umum hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengembangkan (1) portofolio. Bisa dikatakan portofolio adalah jembatan pertama yang paling penting dalam menyambut calon klien. Kalau masih pemula dapat portofolio darimana? bisa dari iseng-iseng motret temen, model, ataupun hunting bareng. Yang terpenting adalah, kamu harus punya karakter dari portofoliomu. Yang kedua adalah (2) marketing, yakni bagaimana kita mencoba memasarkan jasa kita. Di era digital seperti saat ini, sudah tidak begitu sulit ketimbang beberapa tahun lalu. Media sosial seperti instagram dan facebook cukup membantu dalam sisi marketing. Ketiga adalah tahap (3) dealing, yakni menentukan harga yang dapat disepakati sesuai dengan paket pekerjaan. Pada tahap ini ada baiknya kalian memiliki kontrak hitam diatas putih agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Tahap ini juga berlangsung bersamaan dengan tahap empat, yakni (4) meeting atau pertemuan. Tahap kelima, setelah kontrak didapatkan, maka dilakukan persiapan (5) preparation, dengan cara mempersiapkan alat-alat, properti, survey lokasi, maupun persiapan seperti perijinan.

Langkah selanjutnya (6) shooting, yakni pemotretan yang dilakukan pada lokasi. Pastikan alat-alat yang telah kamu persiapkan berfungsi dengan baik. (7) back up, lakukan copy data pada beberapa hardisk yang berbeda untuk mencegah kehilangan data. Karena data tersebut milik klien yang tidak mungkin dapat diulang. (8) editing, nah pada proses ini kita bisa melakukan final touch up untuk memastikan hasil gambar sesuai keinginan dan standar yang kita miliki. Setelah itu (9) preview dapat ditunjukkan pada klien, dan tidak perlu keseluruhan, hanya beberapa cukup. Usai semua itu, kita dapat melakukan (10) delivery atau penyerahan hasil gambar, baik berupa digital maupun cetak sesuai kesepakatan.

Setelah project selesai, kalian bisa melakukan evaluasi dengan mencatatkan kekurangan dan kelebihan serta pelajaran apa yang dapat diambil dari proyek tersebut agar kedepannya dapat menjadi bahan peningkatan kinerja.

Camera Setup
Untuk mendapatkan hasil gambar terbaik, tajam dan bokeh yang besar, umumnya lensa fix adalah pilihan terbaik. Sedangkan seringkali lensa fix tidak versatile pada saat-saat tertentu. Dan opsi mengganti lensa pada saat pemotretan di lapangan, seringkali merepotkan, terlebih jika kamu tidak punya partner yang membantu. Biasanya digunakan untuk memudahkan adalah dengan menggunakan 2 body kamera, yakni XT2 dan Xpro-2. Dengan kombinasi lensa sebagai berikut;

16mm f/1.4 dan 35mm f/1.4
kombinasi lensa ini tepat digunakan pada ruang indoor yang membutuhkan focal length lebar untuk mencakup kebutuhan. Lensa 35mm dapat digunakan sebagai alternatif lensa potrait di dalam ruangan. Bukaan yang besar sangat membantu dalam pencahayaan alami.



- 23mm f/1.4 dan 56mm f/1.2
Kombinasi lensa ini tepat digunakan pada lingkungan outdoor. Fungsi dari 23mm untuk mengambil wide shoot dengan background yang lebih banyak daripada objek. Sedangkan pada lensa 56mm, akan digunakan sebagai beauty shoot untuk potrait.



- 35mm f/1.4 dan 90mm f/2
Kombinasi lensa ini digunakan untuk outdoor yang cukup jauh atau luas. Seperti di daerah tebing antar tebing yang mengharuskan foto dari jauh. Sehingga 35mm digunakan sebagai lensa wide. Dan 90mm digunakan sebagai lensa tele.



Film Simulation
Untuk mendapatkan warna yang cocok dengan prewedding, umumnya beberapa film simulation cukup sering digunakan. Seperti Provia, Pro Neg Hi dan juga across untuk versi hitam putih. Antara provia dan pro neg hi terlihat perbedaan pada kontras warnanya. Jika kamu menginginkan warna yang lebih mencolok, maka kamu dapat memilih provia. Jika kamu tidak memerlukan warna kontras pada latar belakang, namun membutuhkan warna yang enak untuk kulit manusia, maka Pro Neg Hi adalah pilihan yang lebih baik. Lebih jelasnya bisa dilihat di postingan ini untuk tahu perbedaannya.

Lighting
Terdapat macam-macam jenis lighting yang dapat digunakan dalam sesi pemotretan pre-wedding. Nah diantaranya sebagai berikut;
- backlight: yakni ketika kita memotret membelakangi cahaya dengan intensitas sedang. Sehingga wajah model masih bisa terlihat meski agak gelap. Nanti dapat dibantu dengan pengeditan komputer. Hal ini cukup sering dipakai, karena menghasilkan highlight yang bagus di area rambut.
- overcast: yakni ketika suasana langit agak mendung. Dengan cahaya ini, kita cenderung dapat melakukan foto apa saja dan ke arah mana saja, karena cahaya yang tertahan awan dapat membuat foto menjadi kurang kontras dan cenderung flat.
- window light: yakni ketika cahaya datang dari sebuah lubang seperti jendela.
- directional light: yakni ketika cahaya datang dari satu arah dengan secara kontras terlihat. seperti ketika sedang berteduh dibawah atap, akan sangat terlihat arah cahaya yang masuk menembus bayangan.
- sillhouette: yakni ketika kita memotret membelakangi cahaya dengan intensitas tinggi. Umumnya jika kalian memotret sunset atau sunrise dengan model yang berdiri didepannya. Maka wajah model tersebut akan menjadi hitam pekat. Hal ini terkadang bisa membantu menjadi style yang menarik, kadang juga tidak. Sehingga perlunya format RAW untuk mengangkat shadow jika silhouette tidak pas. Untuk lebih jelasnya kalian bisa google sendiri yaa hehe.

Composition
Dalam menentukan komposisi tentunya sudah ada rule standard seperti 1/3 komposisi dengan grid sebagai komposisi dasar. Namun tidak menutup kemungkinan untuk komposisi lain yang menarik dan kreatif. Dalam membuat komposisi menarik, om gusmank bercerita bahwa ia cenderung menentukan dulu arah cahaya baru kemudian memainkan komposisi. Dan saat kamu membawa lensa yang salah, tetaplah berusaha shoot semaksimal mungkin.

karya om gusmank


Story Telling
Usahakan dalam rangkaian foto prewedding yang akan kita buat, series foto tersebut menceritakan sesuatu atau disebut story telling. Caranya adalah dengan membiarkan klien bebas berekspresi saat pemotretan. Biarkan klien melakukan yang mereka mau. biarkan mereka bergerak. suruh mereka mengingat momen pertama kali bertemu. Rata-rata dalam 2 jam, foto yang dihasilkan bisa sampai 1000 foto, dan yang terpakai mungkin hanya 50-80 foto. Foto yang bagus menurutnya adalah yang timeless, simple, dan tidak cheesy.


Destinasi
Terdapat berbagai pilihan destinasi untuk memotret pre-wedding. Kalau wedding sendiri sudah jelas memotretnya di area pernikahan. Namun untuk pre-wedding, umumnya lokasi yang dipilih cenderung seputar arsitektural dan alam. 


Destinasi arsitektural sendiri memang umumnya dapat digunakan pada tempat-tempat terkenal atau landmark. Tak jarang bangunan tua juga dapat digunakan sebagai lokasi pre-wedding. Pada destinasi alam, lokasinya bisa sangat bervariasi seperti pegunungan, pantai, kebun, hutan, dan lain sebagainya.

You Might Also Like

0 comment