Dinas ke Kupang!! Part 2
21.32
Akhirnya setelah ke-hectic-an minggu ini, saya bisa nulis lagi cerita tentang perjalanan di Kupang. Hari ini Minggu, 21 Oktober 2018, saya masuk ke kantor. Iya, hari minggu. Masuk ke kantor. Jadi tuh saya ke Kupang 2 minggu lalu, tepatnya tanggal 11-12 Oktober. Nah minggu depannya, hari senin sampai hari ini itu full banget kerjaan lagi gila-gilanya. Bukan cuma laporan survey ke Kupang, tapi juga proyek-proyek inisiasi yang harus diselesaikan. Dari mulai bikin office, sampai perumahan yang draftnya baru dimulai minggu ini, tapi sudah harus ada denah dan 3d render 💋 Kok jadi curhat? hehe. Yauda kita lanjutin yuk ceritanya!
Nah kalau kemarin saya cerita sampai makan siang yang telat dan sulit banget nyari restauran di jam-jam sore, sekarang saya mau cerita setelahnya. Dari sana saya langsung singgah ke Hotel. Beruntung, saya dapat kamar di Aston Kupang. So fancy bosqu. Meski begitu, bukannya ngga bersyukur lho! dapatnya bukan yang view laut 😔 melainkan view ke daratan/perkampungan.
Membandingkan dengan Natsepa Ambon dulu, saya dapat kamar view laut yang luar biasa epic bikin bahagia. Kini saya hanya bisa meratapi. Dan benar, alhasil seharian pas tidur di hotel itu, saya cuma sibuk sama hape dan tv di kamar. Nggak main kamera ataupun explore view, karena ngga ada view 👀
Sekitar jam 19.30 malam, saya cuss keliling kota Kupang untuk makan malam. Nah disini nih ada cerita seru. Jadi kami makan di daerah Kota Lama Kupang. Ngga seperti kota lama di daerah-daerah lain yang penuh dengan peninggalan belanda, kota lama disini lebih cocok sebagai kota pindahan. Maksudnya adalah kota lama tempat administrasi pemerintahan yang dulu ada disini, kini sudah berpindah tempat. Sehingga banyak Abandon Building gitu, tapi gaya bangunan pemerintahan. Ngga hanya itu, kota lama disini juga bentuknya seperti pecinan kalau kamu pernah main ke semarang. Jadi antar ruko berdekatan, dan jalan mobil yang cenderung sempit.
Di sini kami mampir ke Pasar Ikan yang cukup terkenal dengan masakan lautnya. Beragam jenis ikan hingga lobster pun tersedia. Beruntung karena saya mainnya sama bos *hasek, jadilah kami makan banyak sekali. Dari mulai ikan bakar, hingga beberapa ekor lobster pun kami santap habis. Beruntung lagi, saya yang paling muda. Jadi-lah saya yang disuruh menghabiskan semuanya... HAHAHAHA kenikmatan bercampur rasa bersalah 👅
"sudah cukup, jangan ditambah.."
"tapi mubazir.."
"yauda daripada mubazir, dosa.."
- percakapan perut dan otak
Sembari menghabiskan makanan, cara berjualan disini pun unik. Kios penjual makanan laut berada di paling depan, dengan deretan meja panjang di belakangnya. Di setiap deret meja, di ujungnya ada kios minuman. Seperti kalau kamu duduk di meja ini, harus kios minuman ini yang melayani kamu. Sudah ada lot-nya masing masing 😂 btw es teh manisnya aneh rasa manisnya *protes pecinta esteh*
Daging lobster yang putih gurih, dipadu saus padang yang pedas nendang, membuat lidah tak bisa berhenti bergoyang. Sesekali saya meneguk esteh manis yang rasanya aneh tersebut. Tak lupa saya koyak daging ikan yang masih berserakan diatas piring tak tersentuh oleh bos. Enak saja saya makan, seperti tak berdosa 😂 selang beberapa saat, ada yang aneh rasanya. Bibir saya terasa sedikit gatal. Bukan hanya itu, ketika saya makan dan membuka mulut, dengan jarak bukaan mulut yang biasanya, entah kenapa bibir saya masih terasa menempel antara bibir atas dan bibir bawah.
Segera kutekan-tekan bibir bagian bawah. Nggak ada yang gatel. Nggak ada yang luka. Bukan sariawan ah. Sariawan ku di bibir kiri atas. Ini kok yang aneh di bibir kiri bawah. Jariku perlahan memegang bibir bagian bawah. Seperti ada tonjolan. Segera aku selesaikan makan malamku dan mencuci tangan. Usai mencuci tangan, aku berdiri didekat washtafel dan terdiam. Ku keluarkan ponsel dan mencoba mengaca sedikit. Yap benar, ada tonjolan dan sedikit kemerahan. GAWAT!! 👄
Berjuta tahun saya hidup dan makan apapun di muka bumi, belum pernah saya alergi terhadap satupun makanan. Kini saya harus menerima kenyataan bahwa saya alergi terhadap satu diantara makanan yang saya makan malam ini. TIDAAAAAAAK!!
Akhirnya setelah mengetahui hal itu, aku langsung cari tisu dan berusaha menutupi mulutku. Memang ngga terlalu kentara sih, karena benjolannya ngga lebay, tapi kalau dilihat seksama akan terlihat jelas. Daripada bikin suasana runyam, aku memilih untuk diam saja. Sayangnya, dari tempat makan, ternyata kami berencana untuk cari oleh-oleh dan mampir ke Hotel lain untuk ngobrol dengan GM setempat. Lagi-lagi hatiku berteriak, "TIDAAAAAAAK!!"
--- Bersambung ke Part 3 ---
0 comment