Dinas ke Kupang!! Part 1
21.03
Mumpung memori masih hangat, meskipun perjalanan ke ambon yang lalu belum selesai dibahas, sekarang saya mau mencoba berbagi sedikit tentang perjalanan saat ke Kupang. Ohya saya ke kupang dalam rangka dinas ya, bukan jalan-jalan. Jadi harap maklum dengan isi kontennya hehe. Tapi dari dulu sih jalan-jalan juga dalam rangka dinas... Yaudalah ya!
Saya pribadi ngga nyangka sih bisa sampai ke kota Kupang. Nusa Tenggara Timur coy!! yang biasanya saya hanya bolak balik Jakarta-Bekasi, atau paling banter ke Depok, sekarang saya bisa menginjakkan kaki di Kupang. Alhamdulilah.
Ambon, Kupang, luar jawa mana lagi? Semoga ada lagi. Nah karena saya pernah ke Ambon, mungkin yang akan saya ceritakan sedikit nyerempet membandingkan Kupang dengan Ambon.
Hari kamis, 11 oktober 2018, pagi itu sekitar jam 6 pagi saya sudah tiba di bandara soekarno hatta. Ngga seperti biasanya, kali ini flight saya agak siang, yakni jam 9. Tapi ada yang unik, karena kali ini saya membawa bagasi yang bukan milik saya sendiri. Lha kok bisa? Biasanya tuh kalau pergi dinas, saya cuma bawa 2 tas. 1 Tas Ransel yang isinya baju, draft laporan survey, sama alat-alat penunjang kaya charger dll. Dan satu tas lagi itu adalah tas kamera, biasanya saya membawa 2 lensa dan beberapa baterai. Nah semua itu selalu masuk ke kabin. Kali ini, saya membawa bagasi yang isinya sepeda lipat punya bos 👌 Ukurannya gede banget!! bisa 2x koper normal
Usai check-in dengan pesawat Batik dan memotret bukti sepeda sudah diserahkan ke bagasi, saya pun berjalan menyusuri bandara menuju waiting lounge. Ngga ada persiapan khusus. Tapi karena sudah berkali-kali naik pesawat, jadinya saya sudah tau kalau perjalanan sejauh ini, saya hanya membutuhkan beberapa hal saja. Perjalanan dari jakarta menuju kupang sendiri ditempuh selama 3 jam. Cukup lama. sehingga beberapa makanan sudah saya siapkan di tas. Tentu di dalam pesawat akan diberikan makanan. namun cemilan adalah ransum yang tidak boleh dilewatkan.
Tau ngga sih apa aja makanan yang kubawa?
1. Pocari Sweat
2. Aqua
3. Yupi 2 plastik
4. Choki-choki
Tau ngga sih apa aja makanan yang kubawa?
1. Pocari Sweat
2. Aqua
3. Yupi 2 plastik
4. Choki-choki
Sepanjang perjalanan saya hanya melakukan aktivitas berulang saking ngga tau lagi mau ngapain. Antara nyetel lagu-tidur-lagu-tidur. Begitu terus hingga suara dari kru pesawat yang memberitahukan bahwa pesawat akan landing. Saya tiba di kota Kupang pada pukul 13.00 waktu setempat. Jika waktu jakarta, maka pukul 12.00. Seperti di Ambon, waktu di Kupang masuk pada bagian WITA. Jadi ada distorsi waktu yang membingungkan.
Betapa bahagianya saya, ketika sampai langsung disambut oleh 2 orang pegawai cabang. Bahkan hingga koper saya diangkatnya begitu. (lebay). Nah karena dinas kali ini sama seperti di ambon, yakni kami ber 3, namun bedanya, perjalanan ini kami berangkat masing-masing. Bos saya dari bali, Konsultan dari bandung, dan saya sendiri dari Jakarta. Sehingga jadwal kedatangannya pun berbeda-beda.
Intinya sih saya yang paling awal datang, disusul oleh konsultan dan bos saya. sehingga untuk menunggu 2 jam kedatangannya, saya memilih untuk survey lahan terlebih dahulu.
--bagian survey lahan ngga akan saya tulis disini hehe--
Tau ngga sih kamu, kalau selama perjalanan dinas di Kota Kupang, dan selama saya mau mendarat, ada 2 hal yang saya amati dari kupang. yang pertama adalah pohonnya, dan kedua adalah warna daratannya
Pohon di Kupang ini unik sekali. Ngga seperti di kota kota lain. Kota Kupang secara garis besar jika diamati dari langit di dominasi oleh pepohonan yang namanya sangon kalau tidak salah. Katanya pohon ini bisa dijadikan sebagai gula merah. Lalu apa menariknya? nah jadi kalau dilihat dari pesawat, daratan kupang ini seperti ditusuk oleh tusuk gigi berwarna hitam dengan bulatan kecil diujung atasnya. Serius.
Pohon pohon ini jika dilihat dari langit seperti mainan untuk maket. Bentuknya sangat identik, kembar dan garis tegas batangnya yang sangat lurus dan berwarna gelap semakin memperkuat betapa lurusnya batang pohon ini. Kalau saya lihat pribadi sih seperti pohon kelapa sawit tapi lurus, tinggi dan kurus.
Lalu daratannya juga didominasi oleh tanah berwarna coklat. Bukan tanah merah, coklat saja. Tandus. Beneran tandus. Ada rerumputan, tapi rumputnya tuh coklat gitu. Kering. Siap bakar *eh. Kata orang cabang di Kupang, kalau lagi musim kering seperti sekarang memang seperti itu. Tapi kalau musim hujan, nanti akan menjadi sangat hijau. Mungkin perlu dikunjungi lagi nanti? :p
Dan bukan cuma itu lho, daratannya ini ngga hanya tanah kering coklat, tapi juga karang!! ini yang cukup unik. Jadi tanahnya keras keras gitu, banyak campuran karang di dalamnya. Lebih kentara lagi kalau kamu main ke pesisir. Sekitar 1km dari pesisir pantai tuh keliatan banget tanah campur karangnya. Pas saya jalan ke daerah pelabuhan, itu makin kentara tanah karang dengan bentuk yang gila-gilaan besarnya. Dan nggak jarang, diantara karang tersebut membentuk "gua" yang dijadikan sebagai wisata. Tapi as you know, wisata di Indonesia, jadi jelek gara-gara vandalism.
Nah setelah uda selesai 2 jam survey bersama orang cabang. Saya pun kembali ke bandara untuk menjemput bos dan orang dari konsultan. Untungnya, Kupang itu kota yang ngga begitu besar, kecil kok. Malah lebih kecil dari Bekasi menurutku. Bedanya, jalanan disini sepi dan ngga macet. Ada sih sesekali tersendat, itu pun karena lampu merah. Jadi dari tempat survey ke Bandara lagi itu hanya memakan waktu sebentar.
Usai penjemputan, kami mampir ke lokasi survey dan kantor cabang sebentar, barulah dilanjutkan makan siang. Konon katanya, salah satu makanan khas di Kupang ini adalah Daging Sei. Mungkin temen-temen pernah coba? katanya di jakarta juga ada. Daging Sei itu adalah daging sapi yang dipotong-potong seperti steak/dendeng dengan ukuran kecil. Mirip juga sama daging di Hokben. Tapi ini potongannya tebal dan membentuk kotak-kotak (bukan kubus). Dagingnya cenderung manis. Miriplah sama yakiniku. Enak? hmm standar aja sih. Mungkin karena tempat yang kami datangi bukan yang the best in town.
Ohyaaa ada yang lupa. Jadi di Kupang ini unik. Kalau kamu nyari makan di jam 3-4 itu bakal sulit banget. Soalnya banyak tempat disini tutup. Ngga tau kenapa. Jadi memang ramainya pas jam makan siang, dan jam 5an baru pada buka lagi. Sehingga pas kami terlambat makan siang sekitar jam 3an, kami sulit banget buat nyari restoran Daging Sei yang masih buka.
Ini ada Teaser video seperti apa sih Kota Kupang buat temen-temen yang pengen tau. Tapi formatnya untuk potrait ponsel IGTV. Jadi paling enak nonton di hape. Untuk foto-fotonya akan di upload nanti yaa
Lalu daratannya juga didominasi oleh tanah berwarna coklat. Bukan tanah merah, coklat saja. Tandus. Beneran tandus. Ada rerumputan, tapi rumputnya tuh coklat gitu. Kering. Siap bakar *eh. Kata orang cabang di Kupang, kalau lagi musim kering seperti sekarang memang seperti itu. Tapi kalau musim hujan, nanti akan menjadi sangat hijau. Mungkin perlu dikunjungi lagi nanti? :p
Dan bukan cuma itu lho, daratannya ini ngga hanya tanah kering coklat, tapi juga karang!! ini yang cukup unik. Jadi tanahnya keras keras gitu, banyak campuran karang di dalamnya. Lebih kentara lagi kalau kamu main ke pesisir. Sekitar 1km dari pesisir pantai tuh keliatan banget tanah campur karangnya. Pas saya jalan ke daerah pelabuhan, itu makin kentara tanah karang dengan bentuk yang gila-gilaan besarnya. Dan nggak jarang, diantara karang tersebut membentuk "gua" yang dijadikan sebagai wisata. Tapi as you know, wisata di Indonesia, jadi jelek gara-gara vandalism.
Nah setelah uda selesai 2 jam survey bersama orang cabang. Saya pun kembali ke bandara untuk menjemput bos dan orang dari konsultan. Untungnya, Kupang itu kota yang ngga begitu besar, kecil kok. Malah lebih kecil dari Bekasi menurutku. Bedanya, jalanan disini sepi dan ngga macet. Ada sih sesekali tersendat, itu pun karena lampu merah. Jadi dari tempat survey ke Bandara lagi itu hanya memakan waktu sebentar.
Usai penjemputan, kami mampir ke lokasi survey dan kantor cabang sebentar, barulah dilanjutkan makan siang. Konon katanya, salah satu makanan khas di Kupang ini adalah Daging Sei. Mungkin temen-temen pernah coba? katanya di jakarta juga ada. Daging Sei itu adalah daging sapi yang dipotong-potong seperti steak/dendeng dengan ukuran kecil. Mirip juga sama daging di Hokben. Tapi ini potongannya tebal dan membentuk kotak-kotak (bukan kubus). Dagingnya cenderung manis. Miriplah sama yakiniku. Enak? hmm standar aja sih. Mungkin karena tempat yang kami datangi bukan yang the best in town.
Ohyaaa ada yang lupa. Jadi di Kupang ini unik. Kalau kamu nyari makan di jam 3-4 itu bakal sulit banget. Soalnya banyak tempat disini tutup. Ngga tau kenapa. Jadi memang ramainya pas jam makan siang, dan jam 5an baru pada buka lagi. Sehingga pas kami terlambat makan siang sekitar jam 3an, kami sulit banget buat nyari restoran Daging Sei yang masih buka.
--- Cerita Part 1 akan berakhir disini, selanjutnya ada di Part 2 ya ---
Ini ada Teaser video seperti apa sih Kota Kupang buat temen-temen yang pengen tau. Tapi formatnya untuk potrait ponsel IGTV. Jadi paling enak nonton di hape. Untuk foto-fotonya akan di upload nanti yaa
0 comment