Lulus Arsitektur? Jangan Lupa Portofolio!!

18.43

Entah berapa banyak manusia diluar sana yang mengalami hal serupa. Membuat sebuah portofolio arsitektur adalah kewajiban yang sangat harus dilakukan oleh seorang arsitek, atau calon arsitek. Bisa saja kita sebut hal ini adalah hal yang paling pertama dilakukan ketika seorang mahasiswa arsitektur lulus dari jurusan arsitektur. Membuat portofolio itu susah-gampang. Sebenarnya sih lebih tepatnya, konten apa yang akan kamu sajikan pada portofoliomu? Nah di postingan ini, saya akan menceritakan sedikit hal-hal yang sebaiknya ada di portofolio arsitektur seorang mahasiswa arsitek yang baru lulus. Yuk di simak!


Sebagai lulusan arsitektur tentunya kamu akan mendengar berbagai hal saat mencari pekerjaan, terutama bagi yang ingin tetap di dunia arsitektur.

"kirimkan CV dan Portofolio..."

Tenang, ngga usah panik. CV dan Portofolio adalah hal yang biasa saat mencari pekerjaan. Terlebih untuk yang ingin bergerak di bidang arsitektur, dalam hal ini masih mendesain, maka kamu akan diminta portofolionya.

"Apa bedanya CV dan Portofolio?"

Menurut saya pribadi, CV atau Curriculum Vitae lebih tepat digunakan sebagai informasi menyeluruh tentang perjalanan hidup seseorang. Dari mulai informasi pribadi seperti tempat tanggal lahir, pendidikan, hingga prestasi-prestasi yang dicapai. Saya sendiri membuat 2 buah CV ketika saya beranjak dari bangku kuliah.

Yang pertama adalah CV Formal, dan yang kedua adalah CV informal. "Bedanya apa?" 

CV formal merupakan format formal yang biasa digunakan untuk melamar pekerjaan. Tidak ada hiasan-hiasan berarti. Cukup tulisan dan foto diri yang jelas, dan padat untuk menggambarkan seluruh pencapaian hidup kita. Di CV formal, saya menggunakan foto dengan background biru ataupun merah, dengan gaya kaku khas orang melamar pekerjaan. Isinya padat dan jelas, tidak ada gimmick-gimmick mencari perhatian. What you see is what you get lah.

Yang kedua pada CV informal, saya buat lebih menarik dengan sentuhan grafis yang baik. Tujuannya adalah untuk menarik minat pe-wawancara. Biasanya CV informal saya gunakan untuk melamar perusahaan yang membutuhkan tenaga kreatif, salah satunya adalah arsitek. Cocok sekali untuk yang ingin melamar di konsultan. Nah CV Informal ini biasanya saya selipkan di halaman awal Portofolio. Jadi sudah sebundel gitu. Pada CV informal, saya menggunakan foto yang sedikit "santai" tapi tetap sopan. Intinya adalah dibuat menarik.

Lalu sekarang kita masuk ke pembahasan Portofolio.

"Apa sih Portofolio? Apa pentingnya?"

Portofolio bisa dibilang adalah katalog yang berisi karya-karya yang pernah kita kerjakan. Tidak hanya untuk mahasiswa arsitek yang baru lulus saja. Namun juga bidang-bidang lain bahkan untuk perusahaan pun, portofolio adalah hal yang penting.


Contoh sederhana, ketika saya ingin mencari kandidat arsitek untuk sebuah proyek, hal pertama yang saya lihat adalah portofolionya. Saya cek dulu, apakah arsitek tersebut pernah membuat proyek serupa. Misalkan, saya ingin membuat perumahan di Bali. Tentu saya mencari arsitek yang punya pengalaman membuat rumah di Bali. Bagaimana cara tahunya? tentu arsitek akan memajang portofolio hasil pekerjaannya. Lebih bagus lagi, jika hasil tersebut bukan sekedar 3D, melainkan sudah terbangun akan menjadi nilai plus yang lebih baik lagi (dengan catatan, yang terbangun tetep bagus)

Nah sebagai mahasiswa arsitek, ada baiknya kamu menyiapkan portofolio jauh-jauh hari sebelum kamu lulus. Seingat saya, dulu saya mencicil membuat portofolio di semester 6. Itu cukup melelahkan karena harus mengumpulkan semua materi tugas perancangan, lalu men-touch-up nya agar menarik untuk ditampilkan. 



"Apakah semua tugas harus ditampilkan?"

Sejatinya tidak perlu semua. Cukup tugas-tugas yang bagus ataupun yang memiliki kompleksivitas tinggi untuk menunjukkan bahwa kamu capable di bidang tersebut. Jika kamu punya proyek-proyek sampingan, saya menyarankan untuk memasukkannya juga. Dulu saya memasukkan berbagai proyek yang saya dapat dari dosen maupun sambilan saya mengerjakan 3D hingga render. Dari hal itu pewawancara dapat mengetahui ketertarikan saya di 3D dan rendering.

"Digital Portofolio bagaimana?"

Tentu sekarang jaman serba canggih. Nggak hanya menggunakan media cetak, namun media digital juga dapat digunakan. Beberapa orang bahkan membuat website sendiri untuk menaruh portofolio mereka. Sama halnya dengan konsultan arsitek, mereka meletakkan foto-foto proyek yang pernah mereka kerjakan di website mereka. Digital Portofolio menurut saya sama saja dengan digital branding. Sehingga hal ini cukup penting jika kamu memahaminya. Namun jika belum kepikiran, saran saya buat saja Portofolio cetak yang bagus hehe. Hal lain yang dapat dilakukan pada digital portofolio adalah dengan menggunakan media instagram. Tentu kamu pernah lihat dong feed seseorang yang isinya karya-karya? itu adalah bagian dari digital portofolio.

"Bentuk Portofolio yang bagus seperti apa?"

Tentunya itu selera. Dan tidak ada batasan untuk kamu berkreasi. Saya pernah lihat portoflio dalam bentuk booklet, ukuran A4 hingga A5 dengan beberapa lembar karton hingga tipis seperti majalah. Ada pula yang membuat portofolio seperti koran. Iya KORAN. Ukurannya besar, dengan kertas khas koran pula. Dan itu sangat unik. Ada pula yang membuatnya hanya seperti brosur, 1 lembar kertas dan dilipat. Ada kok. Dan itu sah-sah saja. Selama itu memang cukup untuk menampung hal-hal penting yang ingin kamu tunjukkan pada pewawancara nantinya.

You Might Also Like

0 comment