Review Jujur Samsung Galaxy S10+ dari Pengguna Note

22.38

Halo! Di tulisan kali ini, aku mau mencoba ngebahas smartphone terbaru keluaran Samsung di tahun 2019 yakni Samsung Galaxy S10+. Yap, varian yang akan aku bahas adalah varian paling besar, yakni seri Plus. Samsung sendiri mengeluarkan beberapa jenis varian S10 seperti diantaranya S10e, S10 dan S10+. Perbedaan yang nampak terdapat pada ukuran, baterai, kamera serta layarnya. Ponsel ini di rilis pada awal Maret 2019 lalu. Dengan rentang harga diatas 10 juta rupiah pada varian terkecilnya (S10e). 

Ada pula varian yang cukup eksklusif, yakni S10 versi 5G, namun nampaknya ketika aku membeli S10 ini, belum ada di pasar Indonesia CMIIW. Ohya, ulasan yang akan aku jabarkan adalah ulasan yang dikompare dengan ponselku sebelumnya, yakni Samsung Galaxy Note FE. Seperti apa kekurangan dan kelebihannya dibanding Note FE, dan kenapa aku memilih untuk pindah ke S10. Jadi langsung aja ya kita bahas.

Note FE punyaku yang antigoresnya lepas melulu
S10+ yang sudah tanpa Jidat dan Dagu

Display
Dengan Screen-to-body rasio sebesar 93.1% atau bisa dibilang punya bezel super tipis, Galaxy S10+ ini harus aku akui sangat GANTENG. Ditambah dengan ciri khas flagship Samsung yang menggunakan Curve Edge jadi super GANTENG. Aku pertama kali jatuh cinta sama Note FE pun karena adanya Curve Edge. Meskipun memang harus diakui, nggak semua orang suka dengan adanya Curve Edge. Salah satu kekurangan Curve Edge adalah mudahnya layar tersentuh oleh tangan saat memegang ponsel. Tapi kalau sudah biasa, lama-kelamaan kita akan paham bagaimana cara memegang ponsel dengan Curve Edge.


Varian S10+ memiliki ukuran layar yang cukup besar, yakni 6.4 inch secara diagonal dengan resolusi Quad HD+ yang bening banget. Ngga hanya itu, ia juga memiliki fitur baru dengan HDR+ yang diyakini sebagai the Best Screen on Market today. Ohya, head to head dengan Note FE yang kupakai dulu, layar Dynamic Amoled milik S10+ disandingkan dengan Super Amoled Note FE terasa berbeda. Kontras warna serta tingkat kecerahan layar diantaranya keduanya dapat langsung kamu ketahui ketika dijejerkan bersama. Layar S10+ akan terasa sangat bening sob.

Jika produsen smartphone lain berlomba-lomba menggunakan poni pada desain ponselnya, Samsung nampak ber-eksperimen dengan menggunakan 'cut hole' pada layarnya sebagai tempat meletakkan kamera depan. Bagi sebagian orang, "aneh". Bagiku? "anjeer so sexy!!". Beda aja, out of the box. Sayangnya, hal tersebut bukan tanpa kekurangan. Samsung S10+ terpaksa kehilangan Sensor Retina serta LED notification yang biasa ada di Note FE. Sensor Retina? aku ngga terlalu peduli. Tapi LED Notification jelas aku membutuhkannya. Meskipun ada fitur Always On Display, kedipan notifikasi LED ternyata jelas lebih dibutuhkan sehari-hari tanpa harus melihat layar.

Design
Masih sama dengan para pendahulunya, bahkan Note FE. Di S10+ ini masih mengusung body finish Kaca pada sisi depan dan sisi belakang. Keduanya sudah dilengkapi Gorilla Glass 6 pada bagian depan, dan Gorilla Glass 5 pada bagian belakang. Kalau nggak salah, di Note FE, pada bagian depan menggunakan Gorilla Glass 5. Sekuat apa? Selama setahun lebih saya menggunakan Note FE, belum ada goresan yang berarti hmm.

Perbedaan yang mencolok dengan Note FE adalah penggunaan aluminium pada sisi samping Galaxy S10+. Yakni jika di Note FE aluminium yang digunakan berjenis Matte atau doff, di S10+ ini berjenis Mirror Finish, atau mengkilap memantul. Dan aku pikir malah kurang terlihat classy. But its okay.

Tombol home dan capacitive menu ataupun back button yang biasanya menghiasi bagian bawah (dagu) layar samsung Note FE, kini sudah hilang di Galaxy S10+. Aku pun mulai terbiasa menggunakan gesture swipe kiri maupun kanan untuk menggantikan kehadiran tombol-tombol tersebut. Pada akhirnya? lebih nyaman hehe. 



Penggunaan In-Screen Fingerprint sensor bisa dibilang adalah hal yang sangat ajaib. Seperti membawa masa depan ke dalam sebuah ponsel pintar. Harus diakui, kecepatan membaca sidik jarinya tidak secepat finger print sensor di Note FE yang meskipun hape tersebut sudah jadul. Tapi juga harus diakui, kecepatan deteksi dari finger print reader di S10+ juga tidak bisa dibilang lamban.

Yang menjadi perhatian adalah kendala akan kesalahan meletakkan jari saat membuka ponsel. Kadang jika masih belum terbiasa, kita akan salah memposisikan jari. Ohya, sedikit trik untuk kamu yang punya S10 atau S10+. Daftarkan jari kamu yang biasa kamu gunakan untuk unlock ponsel 2-3 kali. Artinya dengan jari yang sama, kamu punya 2-3 opsi saat jari kamu berada di posisi yang berbeda. Itu akan mengurangi tingkat kesalahan dalam membaca sidik jari. Dan terbukti ampuh.

Hal yang berbeda lainnya dari Note FE adalah adanya kehadiran Tombol Bixby dibawah tombol Volume. Pertama kali aku menggunakan S10+ ini aku sering kali keliru menekan tombol volume down denga tombol Bixby. Alhasil menu Bixby akan secara otomatis terbuka. Meski demikian, samsung memberi opsi untuk mengganti tombol Bixby dengan menu aplikasi lain. Good Job Samsung.

Kehadiran headphone jack 3.5mm masih nampak pada ponsel ini, begitu pula dengan USB type C yang melekat di bagian bawah ponsel. Namun yang paling terasa perbedaannya adalah di Speaker. Galaxy S10+ menggunakan stereo Speaker pada sisi bawah dan atas ponsel. Suaranya? SADIS. Beda banget sama Note FE. Benar-benar clear, dan terasa surround. Ini pertama kalinya aku lebih suka suara Speaker Hape dibanding pakai headphone (meskipun kalau pake headphone, tendangan volumenya jauh lebih tinggi daripada NoteFE).


Camera
Nah salah satu fitur yang menjadi pertimbangan saat memilih ponsel adalah kameranya. Bersaing dengan Huawei P30 Pro yang bisa ngezoom sampai 5x, nampaknya S10+ harus mengakui keunggulan P30 Pro. Pasalnya di S10+ ini, hanya bisa melakukan Zoom Optical 2x. Meski demikian, jika kamu nggak perlu-perlu banget ngezoom 5x, aku rasa sih S10+ udah sangat baik untuk ukuran hape. Dengan berbekal 3 buah kamera belakang, yakni Wide Angle, Standard Wide dan Tele Photo, ketiganya mampu memberikan sensasi baru dalam menggunakan hape.

Aplikasi Kamera

Penampakan Aplikasi kamera saat fullscreen

Kehadiran Lensa utama dengan resolusi 12 MP menurutku sudah bagus banget. Bening, dan fokusnya cepet. Untuk Lensa Tele Zoom dengan resolusi 12 MP juga bening, tapi terasa sedikit lambat dalam hal fokus. Untuk lensa Ultra Wide, menggunakan resolusi 16 MP, mirip sekali rasanya menggunakan mirrorless lensa 12mm. Sayangnya tidak dilengkapi autofokus, tapi sudah sangat seru pakai wide-nya. Saking wide-nya lensa tersebut, kadang jari kita yang memegang hape bisa sampai terlihat di foto.

Nah berikut ada beberapa contoh hasil kameranya. Tapi sementara baru hasil lensa Ultra Wide-nya yaa yang ku upload. Soalnya belom punya banyak foto yang lain. Nanti hunting duluu

20190414_173947
Dalam Ruangan Malam Hari

20190420_185543
Outdoor Malam Hari

20190414_143718
dalam Ruangan Pada Siang Hari

Semua foto diatas adalah asli dari kamera tanpa melalui proses editing. Jadi gimana? menurutku udah lumayan banget buat hasil kamera hape. Nah selain itu fitur lain yang aku suka adalah Super Slow Motion yang bisa merekam sampai 960 fps !!! sakit jiwa sih ini. Nanti kalau ada footage yang bagus bakalan aku update disini.

Battery
Dengan mengandalkan kapasitas baterai 4100 mAh, harus aku akui, bahwa ketahanan batrenya cukup mumpuni. Sejauh ini, aku nggak pernah merasa kekurangan daya, ataupun harus ngecas sering-sering. Bahkan ketika kerja dari pagi, dan pulang kerumah, baterai masih ada 40%. Tentu dengan penggunaan resolusi di Full HD yaa, bukan 2K. Intensitas penggunaan ku pun nggak jauh-jauh dari sosmed seperti Instagram, Twitter maupun Youtube. Jadi kalau mau keluar rumah dari pagi sampai malam, hape ini masih sangat bisa diandalkan sih menurutku.


Lalu ada pula fitur Wireless PowerShare, yakni bisa memberikan daya kepada device lain yang dapat dilakukan dengan cara menempelkan bagian belakang ponsel ke device lain. Sampai detik ini, fitur tersebut tidak kupakai... karena memang buat apa? :/


Jika ada kekurangan yang bisa disebutkan, adalah kecepatan charging yang standar Adaptive Fast Charging sama dengan Galaxy Note FE. Konon ada info bahwa akan ada update yang membuat S10+ series bakalan bisa menggunakan kapasitas Charger 25W. Yaa kita tunggu aja ya kalau itu bener. Waktu yang dibutuhkan untuk mencharge baterai dari 10% ke 100% berkisar 1,5jam.

Performance
Mau dibilang apa lagi? ini hape kenceng. Nggak ada nge-lag sejauh ini. Bahkan Note FE yang notabene adalah Note 7 aja terakhir kupakai masih kenceng. Jadi bisa dibilang S10+ sih masih overkill dan kuat bertahan untuk beberapa tahun kedepan.


Mungkin yang akan dibahas disini adalah dari segi music atau film player yang aku suka banget. Kenapa? soalnya layarnya itu bening, dan speakernya ajaib banget. Menggunakan sistem Stereo Speaker yang sebelumnya ngga ada di Note FE. Dan itu terasa surround dari kanan dan kiri menggema. Sungguh luar binasa deh ini.


Kesimpulan
Jadi setelah semua ulasan yang panjang ngga karuan, aku harus bilang bahwa Galaxy S10+ ini ganteng banget. Dan apakah worth buat upgrade jika kamu sebelumnya pengguna Note seperti aku? Jawabannya relatif. Aku seorang arsitek, kehadiran S-Pen buatku cukup penting. Namun faktanya, tidak sesering itu aku menggunakan S-pen. Dan aku punya planning untuk mengganti S-Pen dengan device lain yang juga bisa digunakan sebagai media gambar, seperti iPad dan Apple Pencil. Dan memisahkan antara device sehari-hari dengan device untuk pekerjaan dirasa cukup penting, mengingat punya separate Battery life akan sangat berguna untukku. Terlebih, kapasitas baterai yang dimiliki S10+ juga sangat besar, jadi aku tidak khawatir untuk berpergian akan kehabisan baterai.

You Might Also Like

0 comment