Hilang
23.19
Wah kebiasaan deh. Setelah beberapa waktu vakum menulis, sekarang baru bisa mulai menulis lagi. Dan tanpa disadari, ke-vakum-an ini berlangsung cukup lama. Aku yang terlambat menyadari bahwa 2019 akan segera usai. Apakah harus kutebus dengan tulisan yang banyak untuk mengejar keterlambatan? entah. Di topik kali ini mungkin kamu punya pertanyaan, "Sepenting apa sih cerita lo sampai mesti ditulis?" engga penting juga sih, toh karena ngga penting, aku juga engga maksa siapa-siapa dan ngga ngeshare cerita ini ke berbagai sosial media. Memang murni cuma pengen nulis aja, kebetulan ada topik yang bisa ditulis. Dan memang kali ini makna dari judul adalah makna sesungguhnya. Memang ada yang hilang.
Kejadian ini terjadi pada hari Minggu, 22 Desember 2019. Hanya beberapa hari sebelum libur panjang Natal dan Tahun Baru, sekarang namanya jadi Nataru. Kantorku sendiri mulai mengadakan libur cuti bersama dari tanggal 24 Desember 2019 hingga 1 januari 2020 nanti. Cukup beruntung karena waktunya panjang. Sebagian lainnya mungkin hanya bisa merasakan libur di hari H Natal dan Tahun Baru saja, turut prihatin. Balik lagi ke topik.
Di pagi itu, aku sudah berangkat dari rumah sekitar jam 7 pagi. Engga pagi memang. Telat. Terlalu siang bahkan untuk datang ke CFD Sudirman. Tapi karena aku sudah punya janji, sehingga aku harus menepatinya. "kok bisa siang banget?", bukan mau beralasan sih, tapi memang hari itu aku tidurnya pagi, sekitar jam 4 pagi baru tidur. MAU CFD TAPI TIDURNYA JAM 4 PAGI, kan goblok.
Sebenernya pada hari minggu itu, ada dua agenda yang aku masih bimbang. Aku mau dateng ke kajian di UI Depok, karena ada salah satu ustad yang aku senangi kini kembali membawakan materi ceramah. Dan pilihan lainnya adalah olahraga bersepeda di CFD sambil bertemu dengan salah seorang teman. Ya kamu tahu lah ujungnya kemana.
Seperti biasa, aku memarkirkan kendaraan di salah satu taman di dekat Sudirman. Sebut saja Menteng. Spot favorit, karena tidak ramai, sudah secure parking dan dekat dengan pusat CFD. Kubuka bagasiku sambil memasangkan sarung tangan hitam pada kedua telapak tanganku. Sebuah sepeda lipat berwarna hijau stabilo itu pun aku keluarkan. Berat bos. Ngga se-ringan yang kamu bayangkan. Lipatan sepeda kubuka dengan sigap, helm sepeda pun tak lupa ku kenakan.
Berputar sebanyak dua kali, dengan rute bundaran HI hingga bundaran senayan pun ku tempuh. Rasanya pahaku mau copot. Tapi itu belum apa-apa, ketimbang terakhir aku naik gunung. Saat berada di depan FX, Ponselku mulai berdering. Dari seorang teman. Dia memberi info bahwa dia ada di Monas. Wow, ujung ketemu ujung. Aku pun segera mengayuh sepeda agar ia tak menunggu terlalu lama.
Sesampainya di pelataran Monas, aku pun melepaskan sepasang earbuds samsung ke pouch yang ada di leher sepedaku. Kalau kamu pernah ke monas, tentu kamu tahu bahwa kawasan monas menggunakan paving block berbatu sebagai salah satu elemen pembentuk lanscapenya. Aku yang tidak begitu aware, ternyata mendapati bahwa kedua earbudsku jatuh akibat guncangan dari paving tersebut. It's Gone..
Tersisalah casing earbuds di tasku tanpa buds.. kami berdua berusaha susah payah untuk mencari earbuds hitam yang hilang tersebut. Naas, hanya satu piece yang kami temukan. Piece kiri tidak kami temukan dan akhirnya di ikhlas kan. Pertanda harus beli lagi 2020 ew
0 comment