Fuji RAW vs JPEG

18.56

Hola! Setelah sebelumnya saya sudah membahas bagaimana film simulation di kamera fujifilm, pada artikel kali ini saya akan membahas tentang bagaimana RAW dan JPEG milik fuji dan mana yang lebih baik untuk digunakan. Sekedar informasi, bahwa di kamera digital saat ini, umumnya produsen sudah membuat berbagai opsi bagi para penggunanya untuk menentukan format gambar yang dihasilkan. Standar yang digunakan adalah format JPEG sebagai format yang dapat dibaca oleh komputer umum, serta format RAW sebagai format mentah yang mana ekstensinya berbeda-beda tiap produsen dan membutuhkan software khusus. Penasaran kan? yuk kita simak.

Ketika kamu sudah mulai memahami kamera kamu, biasanya kamu akan mulai berpikir untuk memotret menggunakan format RAW ketimbang format JPEG. Namun kenapa harus RAW? apakah JPEG saja tidak cukup? Terlebih format RAW yang cukup memakan banyak memori. Sebelum membahas lebih dalam, kita harus tahu dulu definisi masing-masing, serta kelebihan dan kekurangannya.

RAW : yakni format gambar yang belum di proses atau masih mentah dari kamera
Kelebihan
- Sangat luwes untuk diedit di komputer
- Memiliki informasi digital yang tidak terlihat kasat mata

Kekurangan
- Film simulation versi editan komputer dan versi kamera totally berbeda!
- Ukuran file besar hingga 30 mb

JPEG : yakni format gambar terstandar yang telah melalui proses kompresi untuk memudahkan pertukaran data/gambar
Kelebihan
- Hasil film simulation sangat baik dan adem untuk dinikmati
- Ukuran file kecil berkisar 5-8 mb

Kekurangan
- Keterbatasan dynamic range untuk diedit
- Informasi digital sudah terkompres dan hanya menyisakan yang kasat mata

Lalu bagaimana? Saya pribadi menggunakan format RAW+JPEG, meskipun saya tahu bahwa memori yang dibutuhkan menjadi semakin banyak, mengapa? 

Format RAW meskipun membutuhkan software khusus seperti adobe lightroom maupun photoshop terbaru (sesuai versi adobe camera raw), namun memiliki keistimewaan dimana gambar masih memiliki informasi penuh yang dapat kita gunakan sewaktu-waktu kita membutuhkannya. 

-- Contoh --
Kamu sedang pergi ke sebuah tempat, lalu kamu memotret momen dimana teman kamu memiliki ekspresi yang sangat unik dan hanya ada satu foto tersebut. Namun ketika kamu sampai dirumah, kamu menyadari bahwa foto kamu under exposure atau gelap. Jika kamu menggunakan format JPEG, kamu akan mengedit foto tersebut menjadi lebih terang, namun konsekuensinya, foto kamu akan terlihat 'pecah' atau muncul noise yang merusak kualitas foto. 

Berbeda jika kamu menggunakan format RAW. Ketika kamu mendapati foto kamu under exposure atau gelap atau bahkan terlalu terang, kamu tetap dapat mengeditnya tanpa merusak kualitas gambar. Kenapa? karena kamera jaman sekarang canggih, dapat menyimpan Dynamic Range atau informasi di posisi gelap dan terang yang detail. Nah seberapa banyak informasi gelap/terang yang dapat disimpan, itu tergantung body kameranya. 
-- end of contoh --

"Ok, saya paham kenapa harus pakai RAW, tapi kenapa harus pakai JPEG juga? kan dobel-dobel" mungkin kamu akan bertanya demikian. Disinilah JPEGnya fuji berbicara. Hasil gambar JPEG fuji bisa saya bilang agak gila, karena tone yang keluar dari film simulationnya sangat baik. Sayangnya, hasil proses tersebut, sangat sulit di duplikasi oleh format RAW. Meskipun di komputer ada pilihan film simulation yang sama dengan yang tertera di kamera, namun hasilnya berbeda. Saya pribadi belum menemukan celahnya untuk bisa membuatnya 100% sama. Sehingga saya rasa perlu untuk tetap menyimpan JPEG asli dari kamera, terutama pada foto-foto yang bagus.

perbedaan hasil film simulasi dari kamera dan lightroom. Lebih suka yang mana? dari lightroom terlihat lebih strong
Nah contoh lain ada pada foto dibawah ini nih, ketika saya mengambil gambar monas dalam keadaan under exposure atau gelap. Foto dibawah ini lumrah terjadi ketika kamu mengambil gambar dalam keadaan backlight/ cahaya berada di belakang objek. Sehingga nampak bentuk awan yang bagus, namun objek yang difoto menjadi gelap.

Foto RAW+JPEG under exposure
kemudian hasil dari JPEG diatas saya coba edit dengan menaikkan shadow dan brightness agar objek menjadi jelas. Hasilnya seperti pada foto dibawah. Objek bisa menjadi terang kembali dan awan masih terlihat baik, namun apa? lihatlah warna yang ada pada rumput, paving, bahkan pucuk monasnya itu sendiri. JPEG tidak menyimpan data informasi mengenai warna, terlebih jika dalam keadaan salah exposure. Sehingga meski bisa di buat lebih terang, tapi informasi warna yang disimpan tidak tersedia. Dan hasilnya juga lebih pecah-pecah jika kamu zoom.

Foto JPEG di edit, informasi warna tidak tersedia = black&white
Berbeda dengan menggunakan format RAW. Kamu bisa mengembalikan informasi-informasi warna tadi meskipun kamu menaikkan shadow dan brightnessnya, tergantung dari kemampuan kamera menyimpan informasi tersebut. Bahkan kamu juga bisa mengatur kembali white balance foto kamu dengan lebih leluasa tanpa merusak foto.

Foto RAW di edit, di terangin, informasi warna masih tersedia
Kurang lebih perbedaan kedua format tersebut sudah saya jelaskan di artikel ini. Untuk penggunaannya sendiri balik ke masing-masing individu. Jika keperluan fotomu hanya untuk dokumentasi, menurut saya sudah cukup menggunakan jpeg, namun jika ingin melakukan editing dan mendapat hasil yang lebih baik maka RAW adalah pilihan yang tepat meski mengorbankan memori lebih banyak. Semoga artikel ini bisa membantu kamu dalam memahami perbedaan keduanya ya. 

You Might Also Like

0 comment