Biar Foto Bagus Pakai Kamera Apa?
01.33
Pertanyaan dilematis temen-temen yang suka nanya di instagram dan hanya bisa saya jawab lewat jawaban diplomatis, hahaha. Di era sosial media yang makin menggila seperti sekarang, terlebih jika menggiati instagram yang isinya foto-foto bagus, ngga jarang bikin temen-temen ingin ikut mengabadikan gambar yang bagus pula. Namun seringkali yang jadi pertanyaan bukan bagaimana cara/teknik mengambil gambarnya, melainkan gear apa yang digunakan. Sayangnya pertanyaan-pertanyaan seperti itu kemudian menjadi gambaran bahwa ia belum memahami proses fotografi itu sendiri.
Gear bukan segalanya, yang penting "man behind the gun"
Jawaban diplomatis hampir semua fotografer jika ditanya soal gear. Benar memang, skill jauh lebih penting. Gear hanyalah alat bantu yang memudahkan. Makin mahal, makin memudahkan.
Engga cuma sekali-dua kali teman saya mengeluhkan kamera DSLR miliknya sudah kuno. Ketinggalan jaman, ketimbang mirrorless. FYI, hasil gambar DSLR dan mirrorless hampir tidak dapat dibedakan jika berada di tangan yang tepat.
Sensor dan processor yang digunakan keduanya juga tidak begitu jauh teknologinya. Umumnya yang membedakan adalah kualitas lensa yang digunakan. Ketika DSLR yang kamu anggap kuno dipasangkan dengan lensa bagus, permainan fotografimu akan meningkat tajam. Believe me, Lensa Kit dibandingkan dengan lensa prime sangat berbeda kualitasnya.
In fact, kebanyakan yang mengeluh bahwa hasil fotonya kalah dengan mirrorless itu masih pakai lensa kit. Jika kamu pengguna canon, lensa fix 50mm f1.8 adalah pilihan super hemat/murah dan mampu menghasilkan gambar yang cukup bagus.
Engga cuma sekali-dua kali teman saya mengeluhkan kamera DSLR miliknya sudah kuno. Ketinggalan jaman, ketimbang mirrorless. FYI, hasil gambar DSLR dan mirrorless hampir tidak dapat dibedakan jika berada di tangan yang tepat.
Sensor dan processor yang digunakan keduanya juga tidak begitu jauh teknologinya. Umumnya yang membedakan adalah kualitas lensa yang digunakan. Ketika DSLR yang kamu anggap kuno dipasangkan dengan lensa bagus, permainan fotografimu akan meningkat tajam. Believe me, Lensa Kit dibandingkan dengan lensa prime sangat berbeda kualitasnya.
In fact, kebanyakan yang mengeluh bahwa hasil fotonya kalah dengan mirrorless itu masih pakai lensa kit. Jika kamu pengguna canon, lensa fix 50mm f1.8 adalah pilihan super hemat/murah dan mampu menghasilkan gambar yang cukup bagus.
"Lalu apakah saya cukup beli kamera yang murah aja?"
Membeli kamera yang murah sebaiknya tidak diartikan sebagai membeli kamera 'seadanya'. Menurut saya belilah gear yang best value dari kebutuhanmu, terutama dari aspek fungsional dasar. Apa aja nih aspek fungsional dasar?
1. Fokus system
2. Low light/ISO performance
3. Foto, Video atau keduanya?
Contoh, ada kamera yang fokusnya pakai contrast AF. ada yang contrast+phase AF. Usahakan membeli yang contrast+phase AF. Kenapa? karena fokusnya lebih cepat. Dan itu adalah hal dasar yang sangat memudahkan, perbedaannya cukup signifikan.
Contoh lagi, low light. Ada kamera dengan ISO1600, gambarnya sudah noise. Ada pula kamera dengan ISO6400, gambarnya baru terlihat noise. Intinya, semua kamera bagus kalau kondisi cahaya terang, tapi ngga semua kamera bagus di kondisi low light. Dengan menggunakan kamera yang mumpuni di kondisi low light, bisa dibilang, kamu jadi punya kesempatan motret lebih luas.
Foto, Video atau keduanya? perlu diperhatikan juga nih. Hampir semua kamera saat ini sudah support video resolusi HD. Nah ada pula yang support 4K, tentu dengan harga yang berbeda. Bagi sebagian fotografer bahkan ngga pernah nyentuh opsi video di kameranya. Nah tentu kebutuhan ini bisa jadi pemotong biaya yang cukup signifikan.
Dan perlu dipahami, best value camera di setiap brand berbeda-beda. Sehingga brand sebenarnya bukan jadi persoalan pelik yang harus kamu pusingkan. Melainkan posisi kamera tersebut di dalam brand yang kamu pilih. Entah masuk dalam entry level, best value, semi-pro atau bahkan pro. Best value brand A bisa saja di banderol dengan harga 8 juta, dan best value brand B mungkin bisa sampai 11 juta. Balik lagi ke selera dan budget masing-masing.
Dan perlu dipahami, best value camera di setiap brand berbeda-beda. Sehingga brand sebenarnya bukan jadi persoalan pelik yang harus kamu pusingkan. Melainkan posisi kamera tersebut di dalam brand yang kamu pilih. Entah masuk dalam entry level, best value, semi-pro atau bahkan pro. Best value brand A bisa saja di banderol dengan harga 8 juta, dan best value brand B mungkin bisa sampai 11 juta. Balik lagi ke selera dan budget masing-masing.
"Gimana taunya kalau aku ngga butuh kamera yang mahal-mahal amat?"
Dalam banyak kasus, ketika skill fotografi meningkat, maka kamu juga akan belajar bagaimana menggunakan kamera dan tipe foto yang kamu sukai. Sehingga kamu akan paham improvement apa yang kamu butuhkan untuk mendapatkan gambar yang kamu inginkan, dan tidak dapat tercapai dengan kameramu yang ada saat ini.
Hal itu tidak akan terjadi, jika kamu tidak memahami dan belajar sampai kamu benar-benar mengambil foto dan mengalami jam terbang yang cukup. Kamu juga harus banyak riset dan mencari tahu bahwa banyak sekali orang dengan kamera yang sama dengan yang kamu gunakan saat ini bisa menghasilkan gambar yang jauh lebih bagus dari punyamu. Kenapa? skill.
"kapan aku tau kalo mesti upgrade?"
Ketika kamu membeli kamera murah, seiring berjalannya waktu, dan kamu mulai memahami fotografi, kamu akan menyadari bahwa;
1. Kameramu payah
2. Kamu butuh lensa tambahan
3. Kebutuhanmu berubah
Salah satu alasan kenapa paling baik bagi pemula adalah dengan membeli kamera dengan best value. Harga yang masuk akal, dan sistem yang terbilang tidak paling bawah, namun juga tidak overkill. Adapun proses awal yang hampir semua fotografer lalui, umumnya sebagai berikut;
LEVEL 1 - Kamu belajar bahwa fotografi itu sulit, tidak mudah. Kamu bahkan merasa bahwa membawa kamera saja sudah ribet, berat. Lalu kamu menyerah dan pada akhirnya kameramu hanya tersimpan dilemari atau kemudian dijual.
LEVEL 2 - Kamu belajar untuk konsisten mengambil foto-foto dengan genre mainstream seperti lifestyle, potrait, makanan, ootd dsb, namun kamu tidak berkeinginan untuk meluangkan uang dan waktu lebih di fotografi. Keinginanmu sebatas untuk memenuhi hobby dan kebutuhan sosial.
LEVEL 3 - Kamu akan menyadari bahwa permainan fotografimu meningkat dan merasa perlu belajar lebih mendalam. Lalu kamu merasa kamera dan gear yang kamu miliki tidak mumpuni sehingga menghambat perkembanganmu, serta kamu tahu bagian mana yang harus di improve. Di level ini kamu akan mengeluarkan dana lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan skill dan gear.
LEVEL 4 - Kamu menyadari bahwa pengeluaranmu untuk hobi ini sangat besar, sehingga kamu merasa perlu untuk mencari feedback berupa keuntungan dari hobi ini. Bisa dengan membuka usaha fotografi, hingga menjual hasil karya ke situs-situs penyedia stock foto.
LEVEL 5 - Kamu akan menyadari bahwa kamu tidak cukup hanya bermain fotografi, tapi juga ingin bermain di video, dan rela mengeluarkan lebih banyak dana untuk memenuhi kebutuhanmu.
Ada di level manakah kamu?
"Lalu kesimpulannya?"
Menggunakan kamera terbaru sekalipun tidak akan membuat perbedaan signifikan terhadap hasil fotomu, namun jika merasa mampu, belilah yang terbaik. Ada banyak keuntungan yang kamu dapat dari kamera mahal. Bagus tidaknya, kembali lagi ke skill dan jam terbang.
Pada akhirnya, kamera apapun yang kamu pilih, keterbatasan ada pada diri kamu sendiri, bukan kameranya.
0 comment