Review Samyang 12mm F2 untuk Fujifilm X
14.21
Okeee. Setelah beberapa lama menggunakan lensa ini untuk beberapa bulan terakhir. Akhirnya saya memberanikan diri menulis review ini. Hehe. Saya rasa sudah cukuplah waktu yang saya habiskan bersama lensa ini, sehingga saya tahu inilah saatnya untuk mengulas lensa ultra wide merek samyang. Yuk langsung kita bahas!
Samyang 12mm for Fuji. Mendengar namanya saja mungkin kamu akan ketuker dengan merk mie asal korea yang pedas mampus. Kamu nggak salah. Konon lensa ini juga berasal dari korea kok. Koreksi jika saya keliru. Di amerika sendiri, lensa ini dijual dengan merek yang berbeda, namun wujud fisiknya sama. Namanya Rokinon. Terserah kamu suka yang mana, tapi yang kini beredar di Indonesia adalah merek Samyang. Sesekali kalau kamu search di marketplace e-commerce Indonesia, jangan lupa cantumkan "12mm" agar tak tertukar dengan produk mie pedas.
Saya ingat sekali, dulu saat ingin beli lensa ini, beberapa tahun lalu, harganya masih sekitaran 3,5 juta. Saat ini sudah melambung diangka 4,2 juta untuk lensa barunya. Konon, pajak dan bea cukainya sudah diberlakukan saat ini, meskipun untuk garansi, nggak tahu deh ya.
Lensa 12mm ini berjenis Ultra Wide dengan fokus manual. Sehingga nanti ketika kamu menggunakannya, sama sekali nggak ada sambungan elektronik yang terhubung dengan kamera kamu. Artinya, informasi aperture tidak akan ditampilkan pada kamera. Alias hanya akan tertera F-0. Tidak hanya untuk fuji, ada juga untuk sony, dan canon kalau nggak salah.
Body
Secara fisik, lensa ini cukup unik. Karena memiliki kerucut besar di bagian ujung lensa. Serta kaca lensa yang berbentuk cembung. Sejujurnya agak ngeri-ngeri sedap kalau nggak pakai filter, takut kegesrek. Tapi kalau dilihat dari samping, lensa cembungnya tidak sampai keluar dari body.
Bahan yang digunakan pada lensa ini mayoritas adalah plastik. Terasa murah, tapi tidak ringkih juga. Kenapa? soalnya ketika pertama kali digenggam, "berat"nya itu mantap dan solid. Bahkan lebih berat dari beberapa lensa fuji yang saya tahu. Pada bagian mountingnya, lensa ini menggunakan bahan aluminium. Agak lucu sih sebenarnya. Punya saya ini warna hitam, tau-tau dibelakangnya ada list perak aluminium. Kenapa ngga di cat hitam aja ya? hmm.
Di paket penjualan juga tersedia Hood untuk lensa ini. Ukurannya cukup besar. Bahannya sendiri dari plastik. Tak lupa juga ada cover lensa dengan diameter 67mm. Jadi kalau kamu berencana membeli lensa ini dan sudah punya set filter, ada baiknya mempertimbangkan apakah kamu sudah ada diameter 67mm atau tidak.
Handling
Secara feel dan penggunaan sehari-hari sih lensa ini nyaman ya bertengger di body XT-10. Rasa 'clicky' yang dimiliki aperturenya juga tergolong enak, tidak keras tapi juga tidak ngeloss. Tanda yang diberikan pada ring aperture bertuliskan 22, 16, 11, 8, 5.6, 4, 2.8 hingga bukaan 2 yang paling besar.
Pada bagian fokus ringnya, feel putar yang didapat tidak seret, dan juga tidak terlalu loss. Namun jika meninggalkan kamera di tas atau bergesekan pada keadaan tertentu, seringkali posisi fokus akan berubah. Tanda yang diberikan pun hanya pada 0.2m, 0.24m, 0.3m, 0.5m, 1m hingga tak terhingga. Sayangnya, entah ini kesukaan atau kekurangan, menurut saya, ketika saya memutar fokus lebih dekat dari 0.2m, tidak ada marka atau tanda dimana posisi mentoknya. Hanya tau-tau mentok tanpa tanda. Sama halnya dengan fokus pada tak hingga.
Biasanya untuk memotret kondisi umum, fokusing menggunakan lensa ini sangatlah mudah. Cukup meletakkan posisi aperture di f-8 dan fokus berada di infinity, maka seluruh hasil gambar akan fokus. Sangat mudah. Apalagi dengan focal lengthnya yang ultra wide 12mm, saya mampu mengambil gambar hingga 1/30s hanya dengan handheld tanpa stabilizer. Ketika pakai lensa dengan focal panjang seperti 50, maka akan sangat terasa goyangannya.
Sample Image
Berikut ini ada beberapa contoh gambar yang saya ambil menggunakan lensa 12mm Samyang. Sebenarnya foto-foto dibawah lebih memanjang secara vertikal. Namun saya crop untuk keperluan instagram 4:5.
Terlihat adanya Flare di gambar tersebut |
Beberapa flare halus terlihat, dan bentuk 'Star' pada penggunaan aperture kecil (f11) |
Ada sedikit flare di kanan bawah |
Overall ketajaman sangat baik, bahkan tinggal f8-f11 lalu fokus infinity, terasa semua sisi sudah tajam |
Conclusion
Jadi yaa begitulah adanya. Kesimpulannya sih, lensa ini worth it buat kamu yang masih belajar fotografi untuk landscape, arsitektur dan jenis lain yang membutuhkan range lebar. Dengan harga 3-4jutaan kamu sudah bisa melakukan berbagai jenis fotografi yang bisa mengubah cara pandang dan karakter fotomu.
Sangat seru untuk eksperimen dan mencoba hal baru. Namun tentunya ada beberapa minus yang harus kamu ketahui, seperti fokusnya yang masih manual, artinya sesekali duakali kamu akan melakukan kesalahan fokus (missfocus) atau juga lambat karena harus mencari fokus.
Kekurangan lainnya adalah flare yang bocor. Hal ini tidak saya temukan di lensa-lensa fuji. Beberapa orang senang melihat ada flare, katanya sebagai efek-efek. Tapi di beberapa situs fotografi termasuk situs jual beli foto, flare dinilai sebagai kecacatan pada lensa. Gimana menurut kamu? ada beberapa foto saya yang menampakkan flare. Terkadang bisa artistik, tapi terkadang akan sangat mengganggu. Hal yang bisa kamu lakukan salah satunya dengan menggunakan Hood bawaan. Tapi tidak akan menghilangkan keberadaan flare tersebut.
Buat kamu yang ingin lebih serius, alias mau masuk dunia komersil atau punya dana berlebih, saya menyarankan untuk mengambil lensa 10-24mm fuji, karena ketajaman dan autofokusnya juara. Saya pribadi juga ingin sekali membeli lensa tersebut jika sudah ada duit hehe. Tapi, keberadaan Samyang 12mm ini sungguh membuat saya mabuk kepalang. Sungguh. Bahkan dibanding lensa-lensa yang saya miliki, saya lebih sering pakai ini. Terlebih karena cakupannya yang luas serta efek ultrawide yang mantap bila ketemu leading line. Sekian!
2 comment
Stunning photos. Thank you for reviewing!
BalasHapusimgrum
Flare itu memang kecacatan optik. Tapi gak semua kecacatan itu buruk, swirly bokeh misalnya, ada yang suka ada yang tidak. Karena fotografi itu seni, maka bagis atau tidaknya bisa sangat relatif. Kalau saya pribadi tidak suka ataupun benci, tergantung gimana penggunaannya kalau pas yaa bagus, kalau gak pas yaa jelek.
BalasHapus