Pengalaman jadi Driver Uber

19.29

Tulisan ini saya buat untuk mendokumentasikan pengalaman saya yang super singkat dalam mengemudikan taksi online. Jika temen-temen ada yang merasa ingin atau berminat untuk menjadi driver taksi online, tulisan ini dibuat bukan untuk mempengaruhi teman-teman, dalam menaikkan maupun menurunkan semangat teman-teman. Saya pribadi hanya ingin menuliskan pengalaman saya, yang harapannya dapat dijadikan referensi atau hanya sekedar untuk melihat dari sudut pandang saya. Bisa dikatakan, tulisan ini mungkin terpengaruh oleh gaya bekerja saya di perkantoran dan bukan pekerjaan yang menguras fisik. So, mari kita simak.



Seminggu bisa hingga 2 juta? Sebulan 8 juta? Seolah taksi online merupakan jawaban masa kini untuk memperoleh uang dengan mudah. Isu-isu tersebut diperparah dengan banyaknya pengakuan dari pengemudi online, meskipun terkadang kita juga tidak tahu benar atau tidaknya. Bisa saja mereka berkata demikian karena tidak ingin malu jika jalan yang dipilihnya ternyata sulit, maybe?

Saya bergabung dengan uber kira-kira dua minggu setelah saya masuk kuliah S2. Atau sekitar pertengahan september. Awalnya agak kesulitan, karena prosedur yang kurang jelas serta kebijakan akan sim A umum serta uji KIR yang tak menentu. Pertimbangan menggunakan taksi online tanpa legitimasi yang jelas menjadi beban tersendiri. Jika tertangkap, sewaktu-waktu, mobil bisa disita oleh aparat. Setelah melalui proses panjang, akhirnya saya pun dapat memulai mengemudi. 

Sistem yang berlaku di Uber tergolong tegas. Berbekal aplikasi di ponsel, pengemudi hanya dapat melihat peta dan rincian pendapatan. Pengemudi pun tidak dapat memilih penumpang sesuai kehendaknya, semua berasal dari server. Sehingga pengemudi hanya akan menerima notifikasi untuk menerima pesanan, atau tidak. Dalam aturan uber, pengemudi sebaiknya tidak menolak request pelanggan yang masuk karena akan mengurangi ratingnya dalam mendapatkan pelanggan. Terlebih lagi, pengemudi tidak diberi tahu tujuan pelanggan melalui notifikasi ponsel tersebut. Sehingga untuk mengetahuinya diharuskan bertemu atau melakukan kontak secara telepon/sms. Menurut saya ini sedikit menyulitkan pengemudi.


Ada beberapa keresahan dan pengalaman kurang menyenangkan yang saya alami selama mengemudi taksi online. Salah satu pengalaman saya adalah mengantar seorang penumpang di daerah ragunan. Jalanan cukup ramai kala itu, handphone yang saya letakkan di holder menunjukkan notifikasi pesanan. Dengan cepat saya langsung menerima pesanan tersebut. Tertulis lokasinya di sebuah tempat fitness. Sejujurnya saya kurang memahami daerah tersebut, maka dengan bantuan maps/waze saya bisa menemukan tempat tersebut dengan cepat. Jalannya ternyata kecil, gang berukuran sekitar dua mobil. Tak lama sebelum saya tiba, penumpang tersebut menelpon dan menanyakan keberadaan saya. Ia mengatakan bahwa ia salah menulis lokasi penjemputan. lol.

Terpaksa saya harus berputar jauh. Apa dalam sistem taksi online terdapat biaya dari kesalahan penumpang? enggak, saya harus menanggung bensin tersebut. Tibalah saya di sebuah mall, sesuai arahan dari penumpang. Penumpang berjumlah 2 orang dengan satu bayi plus dorongan bayi. Ok, perjalanan pun dimulai, menuju arah lokasi yang tadi saya datangi. Belum lama berjalan, penumpang tersebut (laki-laki) minta ke suatu tempat untuk menjemput temannya berjumlah dua orang. Terlihat ada dua orang wanita berjilbab. "ah mungkin saudaranya" ujarku dalam hati. Sepertinya benar. Hanya berselang seratus meter dari lokasi tadi, penumpang meminta saya untuk berhenti. "apaan nih?" pikirku dalam hati.

Kios kebab yang ada dipinggir jalan ternyata menggoda penumpang itu. Ia pun turun bersama istrinya untuk membeli kebab. Berselang hampir 30 menit, waktu berjalan begitu lambat. Saya menunggu didalam mobil yang tidak boleh dimatikan, karena ada penumpang lainnya. Usai membeli kebab, perjalanan pun berlanjut. Sepanjang jalan ternyata cukup macet, mengingat itu adalah hari jum'at sore kalau tidak salah. Lalu penumpang itu mencoba mengarahkan saya lewat jalan gang yang ukurannya hanya pas dua mobil, seperti jalan kampung. Belok-belok kecil. Tak terasa akhirnya sampai juga dilokasi tujuan. Sebuah tempat seperti area perkampungan, yang mana area parkir mobil dibuat bersama karena area jalan masuk rumah yang lebih kecil. Begitu saya matikan argo, tertera biaya perjalanannya, yang ternyata hanya 50ribu. Agak shock sih. Ditambah, ketika saya sampai rumah dan mau membereskan isi mobil, ternyata sampah renyahan dan bekas bungkus kebab (baca:BUNGKUS KEBAB) dibuang sembarangan di lantai mobil seperti tidak punya pendidikan dan sopan santun. 


Mengemudi dari pagi hingga malam itu sangat melelahkan. Awalnya saya meremehkan, saya pikir dengan hobby saya yang senang berjalan-jalan, akan memudahkan saya dalam membawa mobil untuk mendapatkan uang. Ternyata tidak. Dan faktanya adalah uang yang didapatkan tidaklah begitu besar. Jika saya rangkum, dalam satu hari, jika ramai saja, saya hanya mendapatkan 150ribu bersih. Itu pun harus dibayarkan dengan punggung dan pergelangan kaki yang sakit. Lebih beruntung jika kondisi sedang ramai, pembayaran argo bisa hingga 1.8x lipat. Pengalaman ini pernah saya rasakan pada kondisi jakarta hujan, terutama di daerah sudirman, dimana banyak pekerja kantoran yang ingin pulang. Waktu itu saya membawa seorang wanita menuju daerah pakubuwuno, yang ternyata umurnya hanya berbeda 2 tahun lebih tua. Ia memulai topik pembicaraan karena foto driver saya yang menggunakan background UI. Di akhir perjalanan ia menambahkan uang sekitar 20rb untuk saya, lumayan hehe. Memang salah satu yang menyenangkan adalah ketika kita mendapat penumpang yang ramah.

Saya juga pernah mengemudikan sebuah keluarga menuju bandara. Hari itu, benar-benar hectic. Mobil saya penuh, bahkan hingga kursi paling belakang. Semua digunakan untuk duduk, dan terpaksa koper dipangku diatasnya. Jika menggunakan taksi, keluarga itu pasti butuh dua taksi. Sang bapak mengatakan bahwa penerbangannya pada pukul 9 lebih 45menit. Dan sekarang jam 8 lewat sedikit. Saya? Panik! Otomatis saya berusaha sesegera mungkin dengan tidak mengurangi kenyamanan. Sayangnya jalanan begitu macet. Untungnya masih sempat, hehehe. Bisa dibilang itu adalah perjalanan saya yang paling tidak tenang, karena saya diburu oleh waktu.

Total saya mengemudi sekitar 4-5 hari kalau tidak salah. Itu mendapat uang sekitar 500-700ribu saya agak lupa. Seingat saya 500 itu sudah bersih. Sayangnya uang tersebut harus dikurangi biaya untuk asuransi, karena mobil saya ada baret dibeberapa bagian akibat ulah saya mengemudi. Dan kesimpulannya, kerja di bidang ini ternyata melelahkan. Buat kamu yang ingin mencoba, silakan, karena pengalaman itu mahal harganya. Rasakan pengalamannya, agar kamu lebih memahami. Dan saya salut buat yang tetep memilih jalur ini.





*update Januari 2018
Saat saya menuliskan ini, saya sudah lama sekali tidak mengendarai uber atau menjadi sopir uber. Tulisan diatas dibuat pada November 2016. Dan saat ini saya mendapatkan notifikasi bahwa dokumen uber saya akan expired. Karena sudah tidak menggunakannya, serta mobil saya sudah dijual, maka saya memutuskan untuk tidak melanjutkan uber dan membiarkannya expired hehe.

You Might Also Like

14 comment

  1. salut sama pengalaman ya buat coba hal baru . semangat

    BalasHapus
  2. terimakasih atas sharingnya nice post..,,

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. gaji driver uber di jakarta sebulan brp yah standarnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ngga ada standar. tergantung seberapa sering bawa penumpang. bukan kaya kantoran yg bawa gaji tiap bulan. dan rasanya ngga pas kalau dibilang gaji, krna driver bukan karyawan uber, tapi mitra

      Hapus
  5. Kayanya kisahnya hampir mirip dgn yg saya alami,pendapatanya terlalu minim,malah penumpang yg mendapat bonus yg gede,sampai ada yang bayar Rp 0,hari gini cuma kerja bakti udh gak jaman

    BalasHapus
  6. Haha sama persis sama saya mas, iseng2 tergiur gembar gembor pendapatan gede lumayan buat tambah2 mo lebaran pikirku, accept 11 trip dapet duit kira2 120rb setelah dikurangin Uber fee. Blm bensin 100rb (sengaja dikosongin dulu saat start biar gampang itung kasarnya) fix cm dapet 20rb ����. Udh mobil kesayangan kotor, kaki sm pinggang pegel2, msh sempet dimaki2 org gara2 jemput telat ga sesuai estimasi krn macet. Ampun ya Allah. Udh cukup buat saya deh, pengalaman memang mahal. Hikmahnya skrg sy jd lbh menghargai uang klo mau boros, diluar sana trnyata keras cari duit. dan berusaha lbh2 lg dlm menghargai orang lain, krn dibentak org itu ga enak cuyy apalagi cm demi 10rb doang

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe iya mba, sekedar melepas penasaran gimana rasanya jadi supir uber. harus bersyukur kita uda dapet pendidikan biar bisa kerja yang lebih manusiawi xD

      Hapus
  7. Saya driver Gojek sudah 1 tahun iya sama perhari dengan total jarak tempuh sekitar 60 km cuma dapet 100 ribu waduh

    BalasHapus
  8. Miris ya Om di sana
    Aku main Go-Jek perhari cm start Dr jam 10 pagi ke jam 6 sore bersih 150
    Mlmnya main gocar dpt 10 point 300ribu - minyak 80 ribu total 220 bersih

    Lain Dr ongkos penumpang
    Memang disana macet banget y. #salam1aspal

    BalasHapus