Aksi Damai 212
21.59
Sepenggal cerita kali ini saya tulis berdasarkan pengalaman saya merasakan langsung kondisi aksi damai jilid kedua dengan agenda doa bersama. Aksi damai yang lebih dikenal dengan Aksi 212 ini diselenggarakan pada tanggal 2 Desember 2016 kemarin. Berbeda dengan aksi sebelumnya yang pernah saya tuliskan pada artikel pengalaman pertama menyaksikan demo aksi damai, kegiatan ini bertujuan untuk saling bermuhasabah dan berdoa bersama untuk masa depan umat muslim dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Saya memahami jika tidak semua orang memiliki pendapat yang sama mengenai aksi yang dilakukan belakangan ini. Banyak yang berpendapat bahwa aksi semacam ini hanya menghambat aktivitas ibukota dan tidak relevan dengan pancasila maupun nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika. "Dan apakah ego sebagai mayoritas lantas dapat diagungkan untuk membabat hukum yang berlaku di tanah air?" begitu kata sebagian orang, beberapa diantaranya juga saudara kita yang muslim.
"Kita ini hidup dijaman modern, bukan jaman primitif, toleransi beragama harusnya ditegakkan dong!" ketus seorang teman di media sosial. Dan lagi, bukan itu yang ingin saya dengar. Simpel saja, saya hanya ingin menyaksikan secara langsung, apa yang terjadi di Monas pada hari itu. Saya ingin membuktikan bahwa aksi ini bukan hasil politisasi oknum, melainkan berasal dari getaran hati umat muslim. Antusiasme yang begitu tinggi tak hanya saya rasakan pada diri saya, namun sebagian besar para pengguna KRL muslim yang nampak mengenakkan baju koko dan atribut untuk menghadiri sholat jum'at di Monas. Sayangnya saya baru tiba di Stasiun Juanda sekitar pukul 1 siang, dan mengharuskan saya untuk sholat jum'at terlebih dahulu di Masjid daerah Klender karena keterbatasan waktu.
Berbeda dengan aksi sebelumnya, kali ini Jakarta diguyur hujan rintik-rintik. Mungkin tidak hanya rintik, tapi cukup membasahi wajah hingga saya kesulitan untuk melihat sekeliling. Nampak ratusan orang dengan baju putih koko yang lepek basah terguyur hujan saling berdesakkan memenuhi sepanjang jalan di depan halte Juanda. Suasana berbeda juga terlihat dari pedagang yang berjualan lebih banyak ketimbang pada aksi 411. Tak hanya penjual bakso yang memanfaatkan momen ini, penjual es potong pun tak ingin melewatkan kesempatan emas meskipun hari hujan. Jembatan penyebrangan Juanda mungkin bisa dibilang adalah spot favorit untuk menyaksikan ribuan orang yang berjalan dengan baju putih memadati Jakarta.
mobil dan bis yang parkir di jalan selama aksi damai |
suasana stasiun juanda usai aksi damai |
0 comment