Sehari Saja
10.14Entah apa yang kupikirkan saat itu. Semuanya terasa nyata terjadi di benakku. Aku melihatmu disana. Atau mungkin orang lain yang kupercaya adalah kamu. Nampak kamu yang duduk bersama seorang wanita di tempat duduk panjang kereta commuter. Bahkan aku nggak bisa mengingat apakah itu kursi biru atau merah. Suasana gerbong yang cukup cerah, dengan lampu berwarna putih, tidak remang.
Bisa kuingat bahwa tidak banyak orang kala itu. Anehnya, aku hanya berjalan melewatimu tanpa sepatah katapun. Mendadak kereta terbelah menjadi dua arah. Bukan kecelakaan. Dari satu rangkaian, menjelma terbagi ke dua rangkaian yang berbeda. Seperti membelah sumpit. Hatiku sakit. Mengetahui kita berada di kereta yang berbeda. Aku pun turun dan mencoba menghubungimu. Namun mendadak dunia berubah. Aku berada diatas jembatan penyebrangan yang dipisahkan oleh jalan tol. Bukan ditengah jembatan, melainkan di tangga pinggir jembatan.
Kulihat sebuah buku dengan kertas yang sedikit teracak. Seperti binder dengan gaya usang seolah milik artist. Disana ada beberapa lembar tulisanku, dan beberapa lembar kosong. Setelah beberapa lembar kulewati, baru kutemukan tulisanmu, sedikit berbeda dari yang tulisan tanganmu yang kuingat. Agak besar dan seperti anak-anak. Entah mengapa pikiran ini yakin bahwa itu adalah tulisanmu. Kucoba mengingat apa yang tertulis disana. Tidak banyak. Hanya beberapa poin dengan tulisan 5-6 kata setiap poinnya. Diriku yang bingung muncul pada sebuah daerah yang tak ku kenal.
Entah tempat apa, masih di bumi, di indonesia, depok? seperti komplek perumahan dengan jalan aspal. Seperti berlari mengelilingi kompleks jalan, mencari sesuatu yang kutahu tidak ada. Kuingat sekali, jalannya kecil, hanya dua arah untuk satu mobil di masing-masing arah. Entah bagaimana, aku berpindah lagi di depan sebuah toko komputer. Beberapa laki-laki turun dari motor dan masuk kedalam toko tersebut, dan aku hanya memandangi dari luar. Sebuah kandang tersusun tinggi di depan toko, tepatnya di jalan raya. Jelas bukan kandang yang besar, tapi memiliki kaki-kaki yang masif.
Di bagian kiri kandang ada seekor harimau dan ular berkulit hitam. Di sisi kanan kandang, ada 2 ekor harimau yang berpelukan, dan satu ular. Entah apa yang terjadi, seekor ular di kandang kiri keluar dan menjulurkan lidahnya. Seseorang mendadak muncul dari sisi kiriku dan memegangnya. "nggak berbisa kok" ujarnya santai. Lalu kutatap kandang kiri, seekor harimau tengah menatapku. Seperti tidak ada jeruji pada kandang tersebut. Hanya ditutupi plastik yang biasa kamu temui di ruang loading bahan makanan berwarna abu-abu transparan.
Harimau tersebut seperti akan keluar, dan aku yang takut berlari kearah kanan kandang. Disanalah kulewati pagar selebar gang antara toko komputer dan kandang. Ku tutup erat. Itulah mimpi. Dan kini aku terdiam berusaha mengingat sembari mendengarkan tukar jiwa. aku kehabisan cara untuk jelaskan padamu, bagaimana sulitnya melupakanmu.
Bisa kuingat bahwa tidak banyak orang kala itu. Anehnya, aku hanya berjalan melewatimu tanpa sepatah katapun. Mendadak kereta terbelah menjadi dua arah. Bukan kecelakaan. Dari satu rangkaian, menjelma terbagi ke dua rangkaian yang berbeda. Seperti membelah sumpit. Hatiku sakit. Mengetahui kita berada di kereta yang berbeda. Aku pun turun dan mencoba menghubungimu. Namun mendadak dunia berubah. Aku berada diatas jembatan penyebrangan yang dipisahkan oleh jalan tol. Bukan ditengah jembatan, melainkan di tangga pinggir jembatan.
Kulihat sebuah buku dengan kertas yang sedikit teracak. Seperti binder dengan gaya usang seolah milik artist. Disana ada beberapa lembar tulisanku, dan beberapa lembar kosong. Setelah beberapa lembar kulewati, baru kutemukan tulisanmu, sedikit berbeda dari yang tulisan tanganmu yang kuingat. Agak besar dan seperti anak-anak. Entah mengapa pikiran ini yakin bahwa itu adalah tulisanmu. Kucoba mengingat apa yang tertulis disana. Tidak banyak. Hanya beberapa poin dengan tulisan 5-6 kata setiap poinnya. Diriku yang bingung muncul pada sebuah daerah yang tak ku kenal.
Entah tempat apa, masih di bumi, di indonesia, depok? seperti komplek perumahan dengan jalan aspal. Seperti berlari mengelilingi kompleks jalan, mencari sesuatu yang kutahu tidak ada. Kuingat sekali, jalannya kecil, hanya dua arah untuk satu mobil di masing-masing arah. Entah bagaimana, aku berpindah lagi di depan sebuah toko komputer. Beberapa laki-laki turun dari motor dan masuk kedalam toko tersebut, dan aku hanya memandangi dari luar. Sebuah kandang tersusun tinggi di depan toko, tepatnya di jalan raya. Jelas bukan kandang yang besar, tapi memiliki kaki-kaki yang masif.
Di bagian kiri kandang ada seekor harimau dan ular berkulit hitam. Di sisi kanan kandang, ada 2 ekor harimau yang berpelukan, dan satu ular. Entah apa yang terjadi, seekor ular di kandang kiri keluar dan menjulurkan lidahnya. Seseorang mendadak muncul dari sisi kiriku dan memegangnya. "nggak berbisa kok" ujarnya santai. Lalu kutatap kandang kiri, seekor harimau tengah menatapku. Seperti tidak ada jeruji pada kandang tersebut. Hanya ditutupi plastik yang biasa kamu temui di ruang loading bahan makanan berwarna abu-abu transparan.
Harimau tersebut seperti akan keluar, dan aku yang takut berlari kearah kanan kandang. Disanalah kulewati pagar selebar gang antara toko komputer dan kandang. Ku tutup erat. Itulah mimpi. Dan kini aku terdiam berusaha mengingat sembari mendengarkan tukar jiwa. aku kehabisan cara untuk jelaskan padamu, bagaimana sulitnya melupakanmu.
0 comment