Hubungan Developer Properti dan Konsultan Arsitektur

00.44

Hai, bikin artikel lagi nih. Sebelumnya mohon maaf kalau ada yang kurang tepat, tapi ini berdasarkan pengalaman pribadi yaa. Ini saya melihat dari kacamata Developer properti atau pengembang. Next mungkin dari kacamata Konsultan arsitektur, karena saya pernah di Airmas Asri dulu hehe. Okee langsung aja yuk kita mulai.

Mungkin tulisan ini belum tentu sama dengan developer lain, karena kebijakan perusahaan yang berbeda-beda. Sekarang kita pahami dulu apa itu Developer properti dan konsultan arsitektur.



Tugas dan Peran

Developer properti menurut pemahaman awam saya, adalah perusahaan yang bergerak dibidang usaha jual-beli produk bangunan, bisa berupa hunian, hospitality, retail maupun perkantoran dengan cara melihat peluang yang ada pada suatu tempat untuk ditingkatkan value atau nilai jualnya. Misalkan, ada tanah kosong di suatu tempat, dari kacamata Developer properti adalah bagaimana tanah tersebut bisa menghasilkan uang/ revenue sebanyak-banyaknya, entah dijadikan rumah, apartemen, hotel dsb. Developer yang bertugas untuk menghitung, dan memprediksi kira-kira akan jadi apa, biayanya berapa dan keuntungan yang didapat seberapa besar.

Dalam menghitung, memprediksi dsb, developer bisa dibantu oleh konsultan. Ada yang namanya konsultan market, arsitektur, masterplan dsb. Fungsinya pun berbeda-beda. Jika Developer tersebut sudah punya karyawan internal yang sophisticated/ tim yang canggih, biasanya ngga perlu pakai konsultan, cukup dari internal. 


Nah secara umum, tugas arsitek di Developer dan di Konsultan berbeda. Ketika di Developer, seorang arsitek biasanya bertugas untuk membuat studi simulasi terkait lahan yang akan dikembangkan, kira-kira optimalnya seperti apa bangunannya. Berapa tinggi lantainya, berapa luasnya, berapa liftnya, dan lain-lain yang sifatnya menyesuaikan bisnis dan regulasi pemerintah setempat.

Berbeda halnya dengan Arsitek di konsultan. Developer setelah melakukan studi, akan memberikan 'kisi-kisi' kepada arsitek konsultan berupa gambaran, seperti apa bangunan yang ingin dikembangkan dari hasil studi internal. Misalkan minta dibuatkan hotel dengan 150 kamar, ada ballroomnya, ada restaurantnya, ada kolam renangnya dsb. Nah konsultan akan membuat gambar yang terbaik sesuai dengan kaidah arsitektur, namun tetap mengacu pada aspek bisnis yang sudah diminta oleh developer.

Biasanya, hasil dari studi konsultan akan dibawa ke dalam rapat secara reguler, entah itu seminggu sekali atau bisa lebih sering, tergantung urgensi proyeknya.

Pengadaan Konsultan

Sebelum kita sebagai developer bisa menggunakan jasa konsultan arsitektur/ masterplan dsb, kita perlu melakukan pengadaan atau procurement. Hal ini bisa berbeda-beda di setiap developer. Untuk developer BUMN, biasanya nih ya, ada beberapa tipe diantaranya;

  • Pengadaan langsung, ini kalau harga jasa konsultan dibawah 100jt. Jadi kita bisa langsung pilih konsultan mana saja yang kita mau.
  • Pengadaan dengan pembanding, ini kalau harga jasa konsultannya diatas 100jt. Kita diharusnya mencari minimal 3 pembanding konsultan. Jadi ada konsultan A, B, C, yang akan dibandingkan, secara harga, output pekerjaan, waktu pekerjaan dsb. Aspek penilainya bisa berupa harga mana yang paling rendah, atau mana yang pengalamannya paling baik.
  • Pengadaan Beauty Contest, nah kalau ini mirip dengan nomer 2, tapi yang dibandingkan adalah 'sample' dari produk yang ingin kita kembangkan. Misalnya, kita mau cari konsultan untuk desain hotel. Nanti kita akan kasih ke mereka informasi lahan hotelnya seperti apa, butuh ruangannya apa saja dll. Nanti kandidat konsultan yang bersedia ikut Beauty Contest akan membuat 'Pra-Rancangan' untuk di submit. Macem sayembara gitu. Tapi untuk yang ini agak jarang ada konsultan yang mau, kecuali kalau proyeknya memang sangat menarik buat mereka, karena sayembara cukup memakan waktu dan tenaga, sedangkan mereka belum tentu menang.
Setelah konsultan terpilih, baru deh diadakan yang namanya 'kick-off meeting'. Biasanya disitu mulai dijelaskan problem-problemnya apa saja, target yang ingin dicapai apa dsb. Sehingga nanti konsultan bisa tahu, kira-kira harus mendesain seperti apa untuk menjawab tantangan yang diberikan developer. 

Berapa lama waktu yang dibutuhkan konsultan untuk mendesain?

Ini bisa berbeda-beda tergantung kompleksivitas dan kontraknya. Di Arsitektur ada yang namanya tahap Visioning, tahap Concept, tahap Schematic, tahap For Tender, dan tahap For Construction. Setiap tahap tersebut menggambarkan tingkat kedetailan gambar yang berbeda-beda. Biasanya untuk Tahap Visioning seperti yang sering saya lakukan berkisar 1-3 bulan. Tahap ini cukup sering dilakukan bagi developer yang masih mencari proyek untuk dikembangkan. Kalau proyeknya sudah jelas akan dikerjakan/ dilanjutkan, barulah developer mencari konsultan lagi atau melanjutkan kontrak untuk tahap selanjutnya yang lebih detail.

Bagimana Pembayarannya?

Kalau di BUMN biasanya pembayaran konsultan dibuat dalam bentuk termin atau tahap. Misalkan untuk kontrak Visioning, dibuat 3x pembayaran (tergantung kesepakatan). Termin 1 dibayar setelah survey. Termin 2 dibayar setelah ada gambar draft. Termin 3 setelah gambar final sudah dirender misalkan. Beberapa hal yang sering dikeluhkan konsultan terkait BUMN adalah tidak adanya sistem DP. Sehingga konsultan harus bekerja terlebih dahulu untuk mendapatkan pembayaran. Berbeda dengan swasta yang memperbolehkan adanya DP.

Outputnya apa saja?

Kalau ini tergantung dari kontrak atau kesepakatan. Tapi biasanya konsultan sudah punya standar tersendiri. Misalkan kita ada di tahap visioning, outputnya akan berbeda dengan tahap for Tender. Contoh standar untuk tahap visioning itu ada:
  • Analisa Site
  • Konsep Umum
  • Program ruang
  • Gambar Siteplan/ Denah
  • 3D Perspektif


Kira-kira seperti itu hubungan antara developer properti dan konsultan arsitektur. Gimana? tertarik ambil bagian jadi developer atau konsultan nih kamu? silahkan komen dibawah.

You Might Also Like

0 comment